Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal 2021 membawa angin segar bagi emiten pertambangan batubara. Pasalnya, harga komoditas ini masih menunjukkan sinyal yang positif baik dari global maupun dari dalam negeri.
Selasa (5/1) pukul 17.50 WIB, harga batubara kontrak pengiriman Februari 2021 di ICE Newcastle berada di level US$ 80,50 per metrik ton. Walau turun dari harga di hari sebelumnya, yang ada di level US$ 81,4 per metrik ton, namun kinerja harga batubara tetap dianggap ciamik karena bertahan di atas US$ 80 per metrik ton.
Dari dalam negeri, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menetapkan harga batubara acuan (HBA) untuk bulan Januari di US$ 75,84 per ton. Nilai ini naik US$ 16,19 atau 27,14% dibandingkan dengan HBA bulan Desember 2020 yang berada di level US$ 59,65 per ton.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, investor saat ini sudah bisa mengoleksi sejumlah saham berbasis tambang batubara, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Baca Juga: Produksi batubara tembus 557,54 juta ton tahun lalu, bagaimana prospek di 2021?
Sukarno bilang, saat ini sudah bisa dijadikan sebagai momentum untuk buyback bagi saham emiten batubara.
”Saran saya, buy bertahap sambil melihat konfirmasi sinyal beli selanjutnya,“ kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/1).
Adapun pada perdagangan hari ini, kelima saham ini kompak melemah. ITMG melemah 0,37% ke level Rp 13.600, ADRO turun 2,06% ke level Rp 1.425, INDY koreksi 2,31%, PTBA turun 0,72%, dan UNTR melemah 1,31%.
Di sisi lain, Kiwoom Sekuritas Indonesia menaikkan asumsi harga batubara untuk tahun ini, yakni pada kisaran US$ 78-US$ 89 per ton. Target ini naik dari asumsi sebelumnya yakni di US$ 65 per ton.
Adapun kenaikan harga batubara global ini disokong oleh program vaksinasi virus corona (Covid-19) yang sudah dilakukan di beberapa negara.