CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Simak Rekomendasi Saham dan Sektoral yang Menarik Dilirik di Tahun 2023


Jumat, 11 November 2022 / 08:00 WIB
Simak Rekomendasi Saham dan Sektoral yang Menarik Dilirik di Tahun 2023


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar mulai ancang-ancang memilah sektor dan saham pilihan yang menarik dikoleksi hingga tahun 2023. Sejumlah analis pun optimistis, pasar saham Indonesia masih cerah pada tahun depan.

Di kawasan Asia Tenggara, JPMorgan Chase & Co. menaruh perhatian khusus terhadap pasar saham Indonesia. Mengutip pemberitaan Bloomberg pada Rabu (9/11), Co-Manager JPMorgan ASEAN Equity, Stacey Neo, menyoroti sejumlah faktor yang akan menopang pasar pada tahun 2023.

Mulai dari tingginya harga komoditas pada jangka waktu yang lama, pembukaan kembali perekonomian, serta bangkitnya pariwisata. Secara sektoral, Neo menjagokan saham emiten perbankan.

Perbankan akan mendapatkan keuntungan dari ekspansi margin di lingkungan kenaikan suku bunga dan inflasi, serta permintaan pinjaman yang lebih tinggi dan adopsi teknologi.

Selain bank, Neo juga melirik saham terkait kendaraan listrik. Terlebih Indonesia mengembangkan cadangan nikelnya yang besar, dan berencana untuk mensubsidi pembelian mobil listrik tahun depan.

Baca Juga: Terperosok ke Bawah 7.000, Simak Proyeksi IHSG untuk Jumat (11/11)

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya turut menatap optimis pasar saham Indonesia di tahun 2023. Terlebih ada potensi limpahan dana dari investor asing yang akan mengalir ke pasar Indonesia.

Tengok saja, beberapa fund besar memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China dengan berbagai faktornya. Mulai dari geopolitik yang memanas dengan Taiwan, hingga kebijakan ketat zero Covid-19.

"Hal itu bisa membuat flow rebalancing ke China akan shifting ke negara lain, salah satunya Indonesia. Pembelian asing rebalancing akan lebih menyukai saham big caps yang didominasi oleh bank," jelas Bernadus kepada Kontan.co.id, Kamis (10/11)

Apalagi, emiten bank diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2022 sebagai katalis positifnya. Gross Domestic Product (GDP) yang tumbuh 5,72% mendongkrak pertumbuhan kredit di posisi 11% per September.

Permintaan kredit bank mencatatkan kinerja yang apik. Tak hanya bagi emiten bank berkapitalisasi jumbo (big caps), tapi juga bank syariah seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS).

 

Financial Expert Ajaib Sekuritas, M. Julian Fadli, sepakat bahwa saham perbankan layak menjadi primadona baik dari sisi kinerja fundamental maupun pergerakan harga sahamnya. Fadli pun mengedepankan empat bank big caps.

Meliputi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Secara fundamental pun keempat big caps bank itu membukukan pertumbuhan double digit per kuartal III-2022.

"Melihat tren tersebut, kami melihat harga saham-saham big caps perbankan masih sangat menarik untuk diinvestasikan pada saat ini hingga di sepanjang tahun 2023," ungkap Fadli.

Di sisi lain, emiten yang terkait dengan kendaraan listrik juga menemukan momentum. Katalis kuat datang dari dorongan pemerintah terhadap ekosistem kendaraan listrik sebagai komitmen menekan jumlah emisi karbon.

Kondisi ini bersamaan dengan meningkatnya permintaan secara global. Hal itu memberikan katalis positif pada kenaikan harga komoditas nikel, tembaga, kobalt, lithium serta material baterai lainnya.

Baca Juga: IHSG Anjlok 1,46% ke Level 6.996 pada Perdagangan Kamis (10/11)

Terkait prospek kendaraan listrik, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana punya catatan tersendiri. Menurutnya, prospek industri kendaraan listrik masih dalam rentang jangka panjang.

Sedangkan dalam jangka pendek, masih terlalu dini untuk euforia. Setidaknya, perlu mencermati sejauh mana realisasi program pebisnis dan pemerintah dalam membangun infrastruktur  dan ekosistem kendaraan listrik.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×