Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Undang Undang (UU) Cipta Kerja atawa omnibus law disebut menjadi katalis positif bagi emiten batubara di tengah tren pelemahan harga batubara. Lantas seperti apa dampak omnibus law ini terhadap emiten batubara?
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai aturan mengenai insentif dari pemerintah dalam bentuk relaksasi royalti sampai dengan 0% adalah upaya menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Selain itu, kebijakan kewajiban hilirisasi pada akhirnya adalah cara untuk memberikan nilai tambah bagi hasil tambang batubara di Indonesia.
“Hanya saja, dampak dari kebijakan ini bersifat untuk jangka panjang, karena Indonesia tidak akan dapat bertahan jika hanya mengandalkan ekspor. Kewajiban hilirisasi membuat batubara lebih bernilai sehingga bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi,” jelas Catherina kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/10).
Pada akhirnya, dengan harga jual batubara yang lebih tinggi, emiten batubara pun akan diuntungkan dengan kebijakan tersebut. Selain itu, menurut Catherina, beberapa poin dalam UU Cipta Kerja memang dibuat untuk memudahkan perusahaan batubara untuk memperpanjang izin operasionalnya.
Baca Juga: Emiten tambang dihadang permintaan China dan omnibus law, ini saham pilihan Maybank
Berikut rekomendasi para analis untuk emiten sektor batubara:
1. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
PTBA menjadi emiten batubara yang tercatat sudah memiliki dua pabrik hilirisasi, di Lampung dan Sumatra Selatan. Dus, PTBA adalah emiten yang diuntungkan oleh efek omnibus law soal hilirisasi karena perusahaan BUMN ini juga sedang dalam proses pembangunan pabrik Dimethyl Ether (DME). PTBA pun sudah berencana melakukan gasifikasi karena ada kerja sama dengan pemerintah dan masih dalam proses studi kelayakan.
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia merekomendasikan beli PTBA dengan target harga Rp 2.390 per saham
2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
China baru-baru ini telah menghentikan impor batubara dari Australia. Jika China malah beralih mengimpor dari Indonesia sebagai eksportir terbesar ke-2 ke China, justru akan menguntungkan bagi emiten batubara Indonesia. ADRO sebagai emiten yang punya size produksi besar sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan ekspor ke China
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu merekomendasikan beli untuk saham ADRO dengan target harga Rp 1.600 per saham.
Baca Juga: China Dikabarkan Boikot Batubara Australia, Dampaknya Malah Tidak Baik Buat Emiten
3. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Kinerja ITMG diperkirakan akan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini setelah terlepas dari penangguhan beban pajak. Secara fundamental ITMG juga solid karena tidak memiliki utang. Ditambah ITMG punya batubara premium yang jadi favorit para operator peleburan logam dasar domestik. ITMG diperkirakan akan membagikan dividen interim sebesar Rp 800 - Rp 815 per saham pada Oktober ini.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan merekomendasikan untuk beli saham ITMG dengan target harga Rp 10.150 per saham.
4.PT Indika Energy Tbk (INDY)
INDY pada tahun ini masih mempertahankan target produksi tahun ini sebesar 30,95 juta ton. Target produksi ini terbagi menjadi dua porsi, Kideco Jaya Agung sebesar 29,65 juta ton dan Multi Tambang Utama sebesar 1,3 juta ton. Adapun pada semester I-2020, realisasi produksi batubara ITMG mencapai 20,4 juta ton. Kideco sebesar 19,5 juta ton dan Multi Tambang sebesar 900.000 ton, jumlah yang tidak berbeda jauh dengan realisasi pada tahun sebelumnya.
Analis Nomura Sekuritas Ahmad Maghfur merekomendasikan untuk beli saham INDY dengan target harga Rp 853 per saham.
Selanjutnya: Dapat angin segar dari omnibus law, ini rekomendasi analis bagi emiten batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News