kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Simak rekomendasi bagi saham ASSA, BIRD, WEHA dan LRNA


Selasa, 09 April 2019 / 20:49 WIB
Simak rekomendasi bagi saham ASSA, BIRD, WEHA dan LRNA


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten-emiten transportasi cukup variatif di akhir 2018 lalu. PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD) mencatatkan pertumbuhan kinerja di akhir 2018 lalu.

Sementara, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) masih membukukan penurunan dari sisi pendapatan dan laba bersih di akhir 2018.

Analis senior Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai kinerja emiten-emiten transportasi akan bertumbuh di tahun 2019 ini. Ia bilang, di zaman digital ini masyarakat dituntut serba cepat dan efisien. Perusahaan transportasi akan berkembang seiring gencarnya pembangunan infrastruktur.

"Bisnis transportasi khususnya mobil penumpang akan dibutuhkan sebagai mobilitas. strategi emiten-emiten tersebut untuk perbaikan dan peningkatan kinerja sebaiknya joint marketing lewat transaksi online," ujarnya, Selasa (9/4).

Dari sisi saham, Bertoni merekomendasikan beli saham ASSA, BIRD, WEHA dan LRNA untuk jangka menengah. Target harga BIRD di level Rp 4.000 per saham.

Target harga ASSA dan WEHA masing-masing di level Rp 1.000 per saham dan Rp 180 per saham. "Sementara untuk LRNA target harganya di level Rp 120 per saham," paparnya.

Sementara itu, analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengungkapkan bahwa Price Earning Ratio (PER) rata-rata industri transportasi sebesar 136 kali dan Price to Book Value (PBV) rata-rata industrinya sebesar 3 kali.

Untuk ASSA, PER nya sebesar 118,21 kali dan PBV nya 2,28 kali. Untuk BIRD, PER nya 18,52 kali dan PBV nya 1, 61 kali. Untuk WEHA, PER nya 151 kali dan PBV nya 0,87 kali. Untuk LRNA, PER nya -1,25 kali dan PBV nya 0,14 kali.

Sukarno bilang, upaya ASSA melakukan akuisisi saham perusahaan lelang Otomotif Asal Jepang yaitu PT Jepang Bidwin Auction (JBA) Indonesia sebesar 51% menjadi salah satu sentimen positif untuk ASSA sendiri untuk meningkatkan kinerjanya di tahun ini.

Sementara untuk BIRD, ia mengatakan bahwa akuisisi atas Cititrans untuk memperkuat bisnis shuttle antar kota provinsi (AKAP). "Tahun ini diprediksikan kinerja akan masih bisa tumbuh dilihat dari perusahaan selain mengembangkan segmen taksi juga kembangkan segmen non taksi," lanjutnya.

Lalu untuk WEHA, ia memprediksikan kinerjanya akan tumbuh meskipun target pertumbuhan moderat. "Karena belum berniat menambah armada baru jadi masih melakukan peremajaan armada sendiri," imbuhnya.

Kemudian untuk LRNA, ia juga memprediksikan kinerja akan lebih baik di tahun 2019. LRNA meskipun masih mencatatkan kerugian tapi kerugian mulai membaik jika dibandingkan 2017.

"LRNA melakukan strategi dengan menambah rute baru Transjabodetabek. Kemudian juga mulai memasuki segmen rental bus dengan kontrak kerja 1 tahun," terang dia.

Dari sisi saham, Sukarno merekomendasikan untuk sementara wait and see atas saham ASSA, mengingat secara teknikal memasuki tren bearish.

"Jadi pola pergerakannya memasuki transisi dari bullish bearish. Diharapkan nanti ketika harga menembus support Rp 720 per saham. Harga wajar untuk jangka panjang di level Rp 1.010 per saham," ujarnya.

Untuk BIRD, ia rekomendasi buy on weakness. "Harganya berpotensi melakukan pullback terlebih dahulu ke level Rp 3.250 per saham. Harga wajar untuk jangka panjang di level Rp 4.200 per saham," tambahnya.

Lalu untuk WEHA, Sukarno bilang pergerakannya cenderung sideways jadi kurang menarik untuk dikoleksi. "Harga wajarnya untuk jangka panjang di level Rp 175 per saham," katanya.

Begitupun dengan LRNA, ia juga melihat pergerakannya cenderung sideways jadi kurang menarik untuk dikoleksi. "Harga Wajarnya untuk jangka panjang di level Rp 200 per saham," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×