kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.060   75,74   1,08%
  • KOMPAS100 1.054   13,79   1,33%
  • LQ45 829   11,89   1,46%
  • ISSI 214   1,60   0,75%
  • IDX30 422   6,17   1,48%
  • IDXHIDIV20 509   7,32   1,46%
  • IDX80 120   1,57   1,32%
  • IDXV30 125   0,62   0,50%
  • IDXQ30 141   1,83   1,32%

Simak rekomendasi analis untuk antisipasi saat sell in May


Minggu, 28 April 2019 / 15:07 WIB
Simak rekomendasi analis untuk antisipasi saat sell in May


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis rekomendasikan beberapa saham blue chips dan saham lapis dua dan tiga untuk antisipasi saat muncul aksi jual di Mei.

Pada bulan Mei biasanya IHSG dibayangi sentimen bulan puasa. Biasanya, pelaku pasar malas trading sehingga perdagangan kerap lebih sepi ketimbang bulan normal. Selain itu, sejumlah pelaku pasar akan mulai wait and see mengantisipasi Federal Open Market Committee (FOMC) meeting Juni nanti.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan IHSG berpotensi melemah ke level 6.248 akibat fenomena tersebut dan baru berpeluang rebound menjelang akhir Mei. “Peluang rebound karena pasar mendapatkan kepastian terkait penetapan pemenang Pilpres pada 22 Mei mendatang. Nanti capital inflow akan meningkat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/4).

Nafan merekomendasikan beberapa saham blue chips dan saham lapis dua dan tiga sepanjang bulan Mei yang baik dicermati untuk antisipasi merugi saat IHSG turun. Untuk saham blue chips ada PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Kemudian saham lapis dua dan tiga yang layak dicermati PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

Sentimen yang mempengaruhinya beragam. ASII berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih 2,81% menjadi Rp 5,2 triliun pada kuartal pertama 2019 jika dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu.

“Ke depannya membaiknya divisi otomotif ASII yang didorong oleh produk-produk dan inovasi baru serta membaiknya kinerja di bisnis alat berat. Diharapkan dapat berkontribusi positif,” ujar Nafan. Melihat pergerakan sahamnya, ASII berpotensi pull back dari garis bawah dari up channel untuk membentuk pola uptrend.

Pendaptan BMRI diproyeksikan meningkat 13,89% yoy menjadi Rp 91,05 triliun pada tahun ini. Laba emiten bank pelat merah ini diprediksi meningkat 12% yoy menjadi Rp 28 triliun.

Menurut Nafan, melihat pergerakan sahamnya, BMRI berhasil melewati beberapa garis down trendline dan berpotensi membentuk pola up channel yang mengindikasi adanya potensi penguatan ke depannya.

ITMG yang dipengaruhi sentimen positif yakni membidik produksi batubara sebanyak 23,6 juta ton dengan target penjualan sebesar 26,5 juta ton sepanjang 2019. ITMG juga masih terbuka untuk mengakuisisi tambang batubara berkalori rendah.

Selain itu, ITMG juga menjajaki proyek PLTS dan PLTA. “Melihat perspektif teknikalnya, indikator Aroon telah menunjukkan pola golden cross dan mengindikasikan penguatan tren positif,” jelas Nafan.

Untuk saham lapis dua dan tiga Nafan rekomendasikan BWPT dan DOID. Sentimen positif bagi BWPT adalah demand terhadap CPO mulai meningkat pada bulan Ramadan. Sedangkan DOID karena tren harga batubara dunia tahun ini diharapkan bisa kembali mendaki atau paling tidak stabil. Meskipun, risiko fluktuasi harga batubara cukup kecil ditambah karena memproduksi batubara kalori tinggi.

Analis Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, investor juga perlu mencermati pergerakan saham secara regular untuk antisipasi potensi sell in May and go away. Misalnya pasar dari Februari cenderung tersendat dan bergerak sideways. Penyebabnya karena investor wait and see menjelang pemilu.

Karena pemilu sudah lewat dan berjalan aman dan memasuki Mei, pasar berpotensi berjalan normal. “Tahun ini kondisi cukup berbeda karena saham-saham blue chips mengeluarkan laporan keuangan kuartal I 2019 yang hasilnya bagus,” ujarnya.

Namun menurut Teguh, saat ini saham blue chips rata-rata harganya sudah tinggi sehingga investor disarankan tunggu dulu hingga harganya kembali normal. Namun ada satu emiten yang layak dicermati yakni HM Sampoerna (HMSP).

HMSP terlihat valuasi harganya sedang menurun. Tapi, Teguh belum bisa menyebutkan target harga karena masih menunggu laporan keuangan kuartal I HMSP yang nantinya bisa menaikkan harga sahamnya menjadi lebih baik.

Sedangkan untuk saham lapis dua dan tiga, Teguh lebih rekomendasikan sektor konstruksi dan properti. "Karena setelah pilpres pembangunan infrastruktur tidak akan berhenti sedangkan untuk sektor properti pertumbuhannya akan sangat menarik setelah momen pemilu sudah selesai. Jadi pasar sudah tidak lagi wait and see," ujarnya.

Teguh rekomendasikan investor untuk mencermati saham Agung Podomoro Land (APLN) karena harganya yang paling murah dan Ciputra Development (CTRA) yang prospeknya paling bagus. Namun, investor diminta untuk mencermati laporkan keuangannya dulu karena ada kemungkinan harganya akan lebih membaik jika kinerjanya bagus.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyarankan kepada investor untuk memperhatikan saham lapis ketiga dengan harga di rentang Rp 200-Rp 400.
“Saham di rentang ini bagus sebagai alternatif saat IHSG tidak mendukung untuk trading,” kata William.

Menurut William saat IHSG turun, saham lapis kedua juga akan ikut turun tapi akan lebih cepat rebound dibandingkan dengan blue chips. Dua saham yang direkomendasikannya adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan Ace Hardware (ACES) karena kedua sektor ritel ini punya rencana ekspansi yang baik dan momentum hari raya Idul Fitri ini bisa jadi sentimen positif bagi keduanya.

William merekomendasikan RALS dengan target harga Rp 1.900-Rp 2.000 sedangkan ACES di target Rp 1.800. Sedangkan Nafan merekomendasikan saham ASII akumulasi beli dengan target harga di Rp 7.975–Rp 9.850, BMRI akumulasi beli dengan target harga Rp 7.425, Rp 8.050, dan Rp 8.650, dan ITMG akumulasi beli dengan harga harga Rp 24.675–Rp 26.700. BWPT beli dengan target jangka panjang Rp 260 dan DOID dengan target harga Rp 730.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×