Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal 2019 hingga Jumat (26/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik sebesar 3,33%. Penguatan IHSG sejak awal tahun ini ditopang oleh sektor perbankan dan telekomunikasi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, 10 movers terbesar IHSG adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
BBRI menyumbang kenaikan 71,9 poin pada IHSG sejak awal tahun. Sepanjang 2019, harga sahamnya juga naik 18,3%. BBCA menyumbang kenaikan 45,1 poin pada IHSG, dengan kenaikan harga saham 8,1% secara year to date (ytd). Di posisi ketiga, FREN menyumbang 34,6 poin pada IHSG, dengan kenaikan harga saham hingga 294,9% ytd.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, dominasi emiten perbankan dalam saham leader IHSG sepanjang tahun 2019 ini disebabkan oleh kinerja positif yang berhasil ditorehkan sektor ini pada kuartal I-2019. Menurut dia, kinerja positif ini ditunjang oleh kenaikan kredit perbankan dan mitigasi risiko kredit yang efektif berupa pengendalian non-performing loan (NPL). Selain itu, kondisi ekonomi yang cukup stabil juga mendorong pertumbuhan kinerja emiten perbankan.
Ke depannya, Nafan menilai saham-saham perbankan ini masih berprospek untuk tumbuh positif. Alasannya, rezim suku bunga tinggi sudah mulai berakhir. Dengan begitu, permintaan kredit berpotensi meningkat. “Bukan hanya dari kredit konsumer tapi ada juga kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), properti, dan kredit kendaraan. Itu akan menopang kinerja perbankan ke depannya,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (26/4).
Apalagi, jika melihat target pemerintah yang ingin mengejar pertumbuhan ekonomi di level 5,3% yang masih disokong oleh konsumsi masyarakat.
Sementara itu, untuk saham-saham subsektor telekomunikasi, ia mengatakan bahwa peningkatan IHSG atas sektor ini didorong oleh peningkatan penetrasi dan literasi masyarakat terhadap penggunaan ponsel pintar. Dengan begitu, hal ini juga membuat permintaan terhadap trafik layanan data juga naik. Hal ini mendorong emiten-emiten telekomunikasi untuk gencar membangun infrastruktur jaringannya demi meningkatkan konektivitas.
Jika ditilik lebih jauh, peningkatan kinerja ini juga ditunjang oleh produsen handset yang menyediakan perangkat dengan fitur mumpuni namun dengan harga yang terjangkau. “Harga yang ditawarkan produsen terhadap pelaku pasar sangat terjangkau. Kalau iPhone agak mahal kita juga punya pilihan produk seperti Huawei, Xiaomi, dan lain-lain,” kata Nafan.
Melihat ke depan, ia menilai saham subsektor telekomunikasi masih bisa tumbuh lagi. Alasannya, kebutuhan layanan data masyarakat bakal makin meningkat. Dengan begitu, emiten telekomunikasi akan terus membangun infrastrukturnya dan teknologi baru akan terus berkembang.
Hasilnya, peningkatan layanan akan terus tercipta. “Apalagi jaringan 5G sudah hadir. Emiten yang bisa menggarap dalam bidang 5G bisa jadi pemenang. Ini menggambarkan kemajuan teknologi membuat pasar sangat diuntungkan apalagi dengan kondisi daya beli yang baik,” ucap dia.
Ia merekomendasikan buy saham BMRI dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Per perdagangan Jumat (26/4), harga saham BMRI adalah sebesar Rp 7.725 dan BBTN Rp 2.510. Untuk harga saham BBRI, BBCA, dan BBNI telah melewati target harganya.
Ia juga merekomendasikan untuk akumulasi beli saham PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT) dan TLKM. Per perdagangan Jumat (26/4), harga saham ISAT berada pada level Rp 2.510 dan TLKM adalah sebesar Rp 3.910. Hingga akhir tahun, Nafan menargetkan harga saham ISAT bisa mencapai Rp 2.720 dan TLKM Rp 4.510.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News