Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 190 miliar pada tahun 2018 lalu. Pencapaian laba tersebut tumbuh 40% bila dibandingkan dengan periode tahun 2017.
Memang, tahun lalu bank bersandi bursa BBKP itu lebih memilih pada penguatan laba, perbaikan kualitas aset, dan efisiensi.
Akibatnya, tahun 2018 kredit Bukopin turun 8,5% menjadi sebesar Rp 66,44 triliun. Selain itu, total aset Bukopin juga menyusut 10,14% menjadi Rp 95,64 triliun.
Sementara itu, hasil dari perbaikan kualitas aset, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) ikut mengalami perbaikan di tahun lalu. NPL net turun cukup tinggi dari 6,37% menjadi 4,75%. Di sisi lain, NPL gross juga menurun walau masih relatif tinggi ke angka 6,67% dari setahun sebelumnya 8,54%.
Head of Equity Research Strategy Banking, Consumer dari Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai meski membaik total NPL BBKP masih cukup tinggi. Sebab NPL gross industri perbankan Maret lalu di level 2,51%.
“Ada perbaikan gara-gara mereka melakukan rekonstrukturisasi,” kata Suria kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Sebab tahun depan di mana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menerapkan aturan akuntansi lewat Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 yang akan berlaku tahun 2020 mendatang.
Kata Suria aturan ini bisa membuat kenaikan biaya kredit BBKP sebab adanya penyesuaian tarif sesuai dengan ketentuan PSAK 71. Jadi nantinya ada persentase cadangan dari kredit yang disalurkan sebelum kredit dilempar ke pasar.
Suria mengatakan untuk itu coverage rasio BBTN yang masih rendah harus segera dinaikkan. Tetapi risikonya biaya laba bersih bisa tertekan tahun ini bila BBKP mau menaikkan coverage rasio secara bertahap Suria berharap tahun ini BBKP dapat meningkatkan permodalannya dengan berbagai pilihan alternatif misalnya rate issue.
Di sisi lain, Analis MNC Sekuritas, Nurulita Harwaningrum mengatakan jika BBKP mampu berbenah mengenai kualitas kredit mereka maka bisa mendongkrak kinerja di tahun ini. “Likuiditas mereka masih bagus dengan loan to deposit ratio atau rasio likuiditas (LDR) 85%,” kata Nurulita kepada Kontan, Selasa (7/5).
Analis PT Deutsche Verdhana Sekuritas, James Nugroho mengatakan dalam risetnya 2 April 2019 biaya kredit BBKP kemungkinan akan tetap meningkat dalam waktu dekat.
Sementara itu, persaingan dan waralaba transaksi lemah kemungkinan akan menghambat ekspansi Net Interest Margin (NIM) yang akan lebih rendah. Ia memperhitungkan pertumbuhan pinjaman yang bakal lebih rendah di tahun ini.
Ia menambahkan pertumbuhan BBKP tahun ini dapat disokong oleh kredit konsumen dan dana pinjaman usaha yang dapat tumbuh 8%, serta pertumbuhan setoran sekitar 7%. Namun risiko kredit yang lebih tinggi, ia menurunkan RO ROAE menjadi 11,8%.
James menilai risiko utama yang akan dihadapi emiten perbankan ini adalah terkait kenaikan atau penurunan meliputi pertumbuhan kredit dengan sentimen makro yang terus bergulir seperti pemangkasan suku bunga yang mungkin dilakukan Bank Indonesia (BI) di tahun ini. Selain itu, penurunan atau kenaikan suku bunga simpanan masih menjadi sentimen.
Ia memproyeksi sampai dengan akhir tahun ini, BBKP dapat membubukan laba bersih mencapai Rp 655 miliar naik darri laba bersih tahun lalu sebanyak Rp 190 miliar Akan tetapi James pun memangkas perkiraan laba bersih BBKP, sebelumnya ia optimisme mencapai Rp 771 miliar. Sementara untuk NPL tahun ini di level 5,6% turun dari tahun lalu di level 6,6%.
Analis Bina Artha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji mengamati secara analisis teknikal pergerakan saham BBKP masih dalam kondisi downtrend dengan memotong garis moving average (MA) 200. Pola three black crows candlestick pattern sudah terbentuk yang mana mengindikasikan jual, dengan indikator SAR yang menunjukkan sinyal negatif.
Untuk itu, Nafan merekomendasikan hold dengan target harga Rp 266 sampai dengan akhir tahun. Adapun James merekomendasikan hold dengan target harga Rp 400 sampai dengan akhir tahun. Sementara, Suria merekomendasikan buy di level Rp 370 sampai dengan akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News