Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Paparan sentimen negatif dari China berimbas pada pergerakan valuasi rupiah. Selain memang faktor teknikal juga ambil bagian dalam kemerosotan nilai tukar rupiah di perdagangan hari ini.
Di pasar spot, Selasa (29/12) valuasi rupiah bergerak melemah 0,38% ke level US$ 13.698 per dollar AS. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah tergelincir 0,13% di level US$ 13.658 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk selain dari antisipasi, pelemahan rupiah cenderung disebabkan oleh faktor teknikal. Dari pergerakan valuasi sudah memang menunjukkan pergerakan lemah.
Apalagi menurut Rully memasuki akhir tahun saat aktivitas trading sepi, pelaku pasar yang aktif akan cenderung melakukan aksi teknikal seperti profit taking. Pergerakan pasar yang cenderung wait and see, bisa jadi momentum pelemahan rupiah.
"Sebabnya ada data AS yang ditunggu jadi untuk sesaat mereka beralih ke USD," analisis Rully. Karena, rupiah dari sisi eksternal juga terseret katalis negatif dari Negeri Tirai Bambu sehingga nyaris tanpa dukungan menguat.
“Tekanan datang dari industri China yang merosot,” kata Rully. Keuntungan yang diperoleh industri China hingga November 2015 turun 1,4% dibanding periode yang sama tahun 2014. Menurut data biro Statistik China penurunan laba tersebut sudah berlangsung selama enam bulan beruntun.
Tentunya paparan sentimen negatif dari China ini berimbas pada mata uang Asia lainnya seperti rupiah. “Biasanya kalau China negatif, otomatis rupiah ikut melemah,” tutur Rully.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News