kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham pada Pekan Terakhir Bulan Mei


Senin, 27 Mei 2024 / 05:25 WIB
Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham pada Pekan Terakhir Bulan Mei
ILUSTRASI. Papan digital perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (23/4/2024). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/04/2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar domestik diperkirakan masih akan berat di pekan terakhir bulan Mei. Salah satu sentimen yang paling berpengaruh adalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan ini.

Melansir RTI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,59% selama seminggu dan 1,91% dalam sebulan. Namun, IHSG masih turun 0,69% sejak awal tahun 2024 alias year to date (YtD). Aliran dana asing di pasar reguler tercatat masih keluar Rp 511,5 miliar.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, penurunan performa IHSG secara YtD itu karena Indonesia tengah mengalami triple defisit, yaitu pada transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial, serta neraca pembayaran. 

“Sejak awal tahun, harga saham yang tercatat merosot adalah bank-bank besar, TLKM, dan ASII,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).

Baca Juga: IHSG Berpotensi Konsolidasi pada Akhir Mei, Begini Trading Plan dari Ajaib Sekuritas

Budi melihat, pergerakan IHSG hingga akhir Mei masih akan stagnan seperti level saat ini. Sentimennya adalah masih adanya aliran dana asing yang keluar. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa mulai ada aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi. 

“IHSG mungkin bisa ke level 7.300 hingga akhir bulan Juni,” ungkapnya.

Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan, risalah pertemuan kebijakan FOMC pada 30 April - 1 Mei yang rilis Rabu kemarin menaikkan keraguan kapan The Fed akan memulai penurunan tingkat suku bunga. Meskipun begitu, probabilitas pemotongan di bulan September 2024 masih terbuka. 

“Kinerja keuangan emiten-emiten di indeks S&P 500 yang sangat baik dan didukung optimisme saham di bidang teknologi artificial intelligence (AI) membuat pasar saham Amerika Serikat (AS) bisa bergerak anomali dibandingkan sebagian besar bursa dunia,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).

Pelaku pasar juga mulai ragu kapan European Central Bank (ECB) akan memulai program pemotongan bunga di kawasan Eropa. Pengelola dana kini mulai mengalihkan dana dari pasar ekuitas AS ke Eropa, termasuk Jerman, Jepang, China dan pasar negara berkembang. 

Di sisi lain, potensi harga minyak masih tetap tinggi, mengingat peningkatan permintaan dunia yang mengimbangi penurunan permintaan di AS.

“Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan memiliki ruang yang lebih kecil untuk mulai melakukan pemotongan bunga BI rate di tahun ini,” tuturnya.

Pekan ini, perilaku pelaku pasar dipengaruhi beberapa faktor, seperti pidato Anggota FOMC The Fed dan menanti data Inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) AS di akhir pekan nanti. 

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Rawan Koreksi, Cermati Saham Rekomendasi Analis pada Senin (27/5)

“IHSG berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 7.179 sampai dengan level 7.023 dan resistance di level 7.374 sampai level 7.454 di pekan terakhir Mei,” ungkapnya.

Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengatakan, sektor banking menjadi pemberat di IHSG sejak awal tahun. Sebab, kinerja sektor perbankan di kuartal I 2024 tidak sesuai ekspektasi dan kondisi ekonomi global yang masih belum kondusif. 

Arah IHSG pun diperkirakan masih akan tertekan ke bawah level 7.150 di akhir bulan Mei. Sebab, inflasi AS masih tinggi, sehingga The Fed masih belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. 

“Selain itu, The Fed akan kembali menggelar rapat di akhir bulan ini,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).

Terkait sentimen positif dari domestik, BI memutuskan BI rate tetap di 6,25% dan rupiah terpantau stabil di dekat level Rp 16.000 per dolar AS. Pada perdagangan Rabu (22/5) lalu, rupiah di pasar spot ditutup naik 0,02% ke posisi Rp 15.995 per dolar AS.

Sementara, sentimen negatif berasal dari beberapa saham big caps yang harganya jatuh setelah membagikan dividen. 

“Hal ini diperkirakan akan ikut menekan IHSG di pekan terakhir Mei,” tuturnya.

Daniel melihat, pelemahan di akhir Mei ini masih akan berlanjut sampai bulan Juni. IHSG berpotensi melemah ke level 6.880 - 6.900 di bulan Juni nanti. 

“Investor bisa wait dan see dulu sampai terjadi inflow dana asing kembali,” ungkapnya.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat, Cermati Rekomendasi Saham untuk Pekan Terakhir Mei

Sektor poultry dan consumer masih menarik di tengah koreksi IHSG pada pekan terakhir bulan Mei. Alasannya, kinerja dari emiten poultry di kuartal I 2024 masih bagus dan diperkirakan akan berlanjut di kuartal II.

“Ini mengingat harga komoditas jagung yang masih cukup rendah hingga saat ini,” paparnya.

Daniel pun merekomendasikan beli untuk JPFA, CPIN, dan UNVR dengan target harga masing-masing Rp 1.600 per saham, Rp 5.600 per saham, dan Rp 3.300 per saham.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, sektor yang menekan pergerakan IHSG di pekan lalu adalah sektor keuangan, transportasi dan logistik, serta konsumer siklikal.

Pada pekan depan, pasar memang tengah menanti rilis data US Core PCE yang diperkirakan akan melandai ke 2,75% year on year (YoY).

“Dengan melandainya tren inflasi di AS, diharapkan akan membuat pernyataan dari pejabat The Fed tidak menimbulkan hawkish bias terhadap pasar,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/5).

Terkait aliran dana asing, investor dilihat tengah memindahkan dana mereka ke safe haven, seperti emas. Di sisi lain, penguatan dolar AS juga membuat investor asing keluar dari pasar domestik.

Baca Juga: SimInvest: IHSG Berpotensi Sentuh 7.800 Jika Ekonomi Mampu Tumbuh 5,2%

“Di bulan ini fenomena sell in may and go away terjadi di awal Mei, tetapi membaik dan kinerja IHSG tercatat hijau dalam sebulan terakhir ini,” ungkapnya.

Nafan melihat, pergerakan IHSG akan bergerak menurun secara terbatas (limited downside). Perkiraannya, IHSG bakal bergerak di level support 7.175 & 7.128 dan resistance 7.252 & 7.299.

Investor bisa memperhatikan saham BMRI, CPIN, ISAT, MTEL, dan UNTR pada pekan ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×