Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada sejumlah sentimen yang akan turut mempengaruhi pergerakan IHSG pada pekan kedua di bulan April ini. Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, dari luar negeri bursa Wall Street Saham yang diuntungkan terkait dengan pemulihan ekonomi memimpin kenaikan di tengah percepatan peluncuran vaksin dan stimulus fiskal serta anggaran jumbo infrastruktur Amerika Serikat (AS).
Adapun Presiden Joe Biden telah menjabarkan rencana infrastruktur pemerintahannya sebesar US$ 2 triliun yang mencakup kenaikan tarif pajak perusahaan menjadi 28% dan menyatakan bersedia untuk bernegosiasi tentang kenaikan pajak yang diusulkan tersebut.
Dalam seminggu Indeks Dow Jones telah naik 2% sampai akhir pekan. Sementara Indeks S&P 500 menguat 2,7% dan menorehkan kenaikan mingguan terbaik sejak awal Februari. Adapun Indeks Nasdaq juga naik 3,1% di periode yang sama.
Baca Juga: Tingkat kunjungan mall mulai pulih jelang Ramadan, saham apa yang direkomendasikan?
Kedua, risalah rapat terbaru The Fed kembali berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneter super longgar, bahkan bahkan saat ekonomi pulih secara cepat. Risalah meeting terakhir the Fed menunjukkan anggota dewan gubernur Fed merasa ekonomi masih jauh dari target dan tidak terburu-buru untuk mengurangi pembelian obligasi senilai US$ 120 miliar per bulan.
Selanjutnya, yield US Treasury tenor 10 tahun naik tipis ke level 1,66% menyusul rilis data inflasi. Indeks harga produsen (PPI), yang mengukur inflasi harga grosir, naik di bulan Maret. Data PPI Maret menunjukkan kenaikan 1,0%, dibandingkan dengan proyeksi 0,4% dari ekonom yang disurvei Dow Jones.
Secara tahunan, PPI telah naik 4,2%, yang menandai kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun. Imbal hasil obligasi USA pernah bertengger di level tertinggi 1,776% yang merupakan level tertinggi sejak Januari tahun lalu.
Level tertinggi itu dicapai pada Maret seiring data ekonomi AS yang baik dan memicu kekhawatiran lonjakan inflasi yang dapat memaksa the Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
“Perbaikan data Ekonomi USA nampaknya bukan berita baik bagi negara berkembang karena cenderung mendorong yield US Treasury 10 Year naik,” ujar Hans dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kontan, Minggu (11/4).
Baca Juga: IHSG diprediksi melemah pada Senin (12/4), cermati saham pilihan analis
Hans melanjutkan, pasar juga mencerna kesimpulan Badan Obat-obatan Eropa bahwa ada kemungkinan hubungan antara vaksin virus korona yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford dengan masalah pembekuan darah yang jarang terjadi pada orang dewasa setelah menerima suntikan. Menurut Hans, gelombang ke 3 dan masalah vaksin AstraZenca menjadi katalis negative pelaku pasar.
Kemudian, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh proyeksi pemulihan ekonomi secara global. Dalam World Economic Outlook IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 6% di 2021, naik dari 5,5% dari proyeksi bulan Januari. Sedangkan untuk 2022, diperkirakan ekonomi dunia naik 4,4% dibanding proyeksi sebelumnya 4,2%.
Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyatakan pertumbuhan UE berjalan pada 4,4% pada 2021, hampir sama dengan rata-rata negara maju tetapi jauh di belakang perkiraan 6,4% untuk AS. Tahun lalu PDB di UE berkontraksi pada -6,6 % dibandingkan dengan -3,5% di AS.
“Pertumbuhan ekonomi global di dukung stimulus fiskal dan moneter berpeluang mendorong bullish pada harga komoditas global. Ini yang berpotensi mendorong naiknya PDB negara berkembang karena data historis menunjukkan korelasi positif kedua hal tersebut,” papar Hans.
Sementara dari dalam negeri, International Monetary Fund (IMF) melakukan revisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021, dari proyeksi Januari di level 4,8% menjadi 4,3%. Untuk 2022, PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 5,8%, lebih tinggi bila dibandingkan rerata pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Yield US Treasury kembali naik, rupiah berpotensi melemah pada Senin (12/4)
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan dengan bantuan dari Bank Indonesia (BI), OJK, maupun LPS, akan membawa perekonomian Indonesia di tahun 2021 tumbuh di kisaran 4,5% yoy hingga 5,3% yoy. Untuk Kuartal I Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa estimasi GDP berada di -0.5%. Hal ini terjadi akibat PPKM dan pemulihan ekonomi yang lebih lamban dari perkiraan.
Hans menambahkan, dengan tren naik di bursa Amerika Serikat, diikuti yield Treasury USA yang stabil, dan dukungan kebijakan bunga longgar The Fed serta index VIX yang rendah membuka peluang pasar Ekuitas melanjutkan kenaikan pekan ini.
Hans meramal IHSG berpeluang konsolidasi menguat di awal pekan dengan support 6.000 sampai 5.944 dan resistance di level 6.150 sampai 6.230. Ia bilang, pergerakan Indeks global akan di pengaruhi oleh laporan keuangan yang mulai keluar.
Selanjutnya: IHSG rawan koreksi pada Senin (12/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News