Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Sampoerna Strategic melalui Twinwood Family Holdings Limited, Kamis (20/11/2025) mengumumkan penjualan seluruh saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) sebesar 65,721% kepada AGPA Pte. Ltd., anak perusahaan POSCO International Corporation (POSCO International).
Analis BRI Danareksa Sekuritas Reza Diofanda mengatakan divestasi Sampoerna Strategic yang melepas SGRO menandai perubahan pengendali yang signifikan. Secara operasional, SGRO memasuki transisi ini dalam kondisi fundamental yang justru menguat.
Pada semester I 2025, SGRO mencatat lonjakan kinerja yang sangat solid. Laba bersih tumbuh 236% YoY menjadi sekitar Rp538 miliar, sementara pendapatan meningkat 45% YoY menjadi Rp3,29 triliun.
Margin kotor juga melonjak, dari sekitar 20% menjadi lebih dari 32%, didorong kenaikan produksi TBS, CPO, dan palm kernel (PK), serta harga jual rata-rata yang menguat. Kas perusahaan juga meningkat tajam, sementara liabilitas menurun, menandakan struktur keuangan yang lebih sehat.
Baca Juga: Grup Sampoerna Lepas Kepemilikan, Simak Rekomendasi Saham SGRO
Reza menerangkan dengan kinerja sekuat ini, masuknya pemegang pengendali baru justru membuka peluang peningkatan efisiensi dan ekspansi ke depan.
Sebab, POSCO International memiliki jaringan global di sektor sumber daya dan agribisnis, sehingga potensi kolaborasi, adopsi teknologi, hingga penguatan rantai pasok terbuka lebar.
Dari sisi pasar, respons investor juga sangat positif. Transaksi jumbo di pasar nego senilai Rp9,44 triliun mendorong saham SGRO sempat menyentuh auto reject atas (ARA).
"Ini menunjukkan keyakinan bahwa perubahan pengendali dapat menjadi momentum pertumbuhan baru bagi perusahaan," kata Reza kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).
Ke depan, keberhasilan integrasi dan arah kebijakan investor baru akan menjadi faktor kunci yang menentukan keberlanjutan tren positif SGRO. Secara fundamental, perusahaan memasuki babak baru ini dengan landasan keuangan dan operasional yang kuat.
Namun, investor tetap perlu mencermati beberapa aspek penting. Pertama, pantau kebijakan strategis pengendali baru, termasuk potensi pergeseran arah bisnis, peningkatan tata kelola, atau rencana ekspansi kapasitas produksi.
Kedua, perhatikan kinerja kuartalan SGRO untuk menilai konsistensi pertumbuhan setelah pergantian pemilik. Ketiga, amati dinamika industri sawit global mulai dari harga CPO hingga regulasi keberlanjutan karena faktor eksternal ini masih menjadi penentu utama tingkat profitabilitas.
"Lonjakan harga saham akibat sentimen jangka pendek juga berpotensi memicu koreksi teknikal. Karena itu, investor disarankan tidak mengambil keputusan tergesa-gesa dan tetap fokus pada fundamental serta prospek jangka menengah perusahaan," tambah Reza.
Dari sisi rekomendasi saham, Reza menyarankan akumulasi dalam jangka menengah hingga panjang. Saran tersebut didasarkan pada kinerja fundamental yang kuat, prospek industri sawit yang stabil, serta dukungan investor strategis baru.
Secara teknikal, saham SGRO mulai menunjukkan selling pressure setelah lonjakan harga akibat sentimen divestasi.
Koreksi wajar berpotensi berlanjut menuju area Fibonacci pullback 0,5–0,618 di kisaran Rp6.350–Rp6.025, yang menjadi zona akumulasi lebih ideal. Selama harga bertahan di atas area ini, struktur tren naik tetap terjaga.
Selanjutnya: WINGS Group dan Alfamart Hadirkan Akses Kesehatan untuk 20 Ribu Ibu dan Anak
Menarik Dibaca: WINGS Group dan Alfamart Hadirkan Akses Kesehatan untuk 20 Ribu Ibu dan Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













