kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Simak Prospek Kinerja Emiten BUMN di Tengah Target Dividen Tahun 2025


Rabu, 11 September 2024 / 21:18 WIB
Simak Prospek Kinerja Emiten BUMN di Tengah Target Dividen Tahun 2025
ILUSTRASI. Kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menjadi sorotan di tengah kenaikan target setoran dividen tahun 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/09/09/2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menjadi sorotan di tengah kenaikan target setoran dividen dari perusahaan pelat merah di tahun 2025.

Asal tahu saja, pemerintah menargetkan dividen BUMN mencapai Rp 90 triliun pada tahun 2025. Angka tersebut naik 4,85% dari setoran dividen BUMN tahun 2024 yang sebesar Rp 85,84 triliun.

Berdasarkan catatan Kontan, kontribusi BUMN kepada negara terdiri dari pajak, dividen, dan PNBP. Sejak tahun 2020-2023, kontribusi pajak mencapai Rp 1.391,4 triliun, dividen sebesar Rp 194,4 triliun, dan PNBP sebesar Rp 354,2 triliun. Sehingga, total kontribusi BUMN tahun 2020-2023 sebesar Rp 1.940 triliun.

Selain itu, total aset BUMN per tahun 2023 mencapai Rp 10.402 triliun atau tumbuh 7,8% sejak tahun 2020. Sedangkan total ekuitas mencapai Rp 3.444 triliun atau tumbuh 12% sejak tahun 2020.

Baca Juga: Dividen BUMN Ditargetkan Mencapai Rp 90 Triliun Tahun Depan   

Kementerian BUMN juga mencatat pendapatan BUMN mencapai Rp 2.933 triliun dan laba bersih Rp 327 triliun pada tahun 2023.

Namun, kinerja indeks IDX BUMN20 sendiri masih turun 1,97% sejak awal tahun alias year to date (YTD).

Head Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi melihat, secara YTD, kinerja IDX BUMN20 memang lebih lambat dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kinerja IHSG saat ini tercatat 6,71% secara YTD.

Bobot terbesar penggerak indeks tersebut berasal dari sektor keuangan yang didominasi perbankan. 

“Kinerja BUMN sektor perbankan melemah karena terdampak negatif dari sentimen pengetatan kebijakan moneter, sehingga menyebabkan terjadinya perpindahan alokasi investasi,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/9).

Dengan kenaikan target penerimaan dividen BUMN sebesar 4,85% ke Rp 90 triliun menunjukkan adanya potensi pertumbuhan kinerja yang lebih positif dari konstituen IDX BUMN20. 

“Sehingga, akan mampu mendongkrak performa dari konstituen IDX BUMN20 di tahun depan,” ungkapnya.

Audi melihat, prospek kinerja emiten konstituen IDX BUMN20 juga masih positif hingga akhir tahun 2024. Setidaknya ada tiga sentimen utama yang menopang kinerja mereka.

Baca Juga: Mengintip Rencana Dividen Bank BUMN Tahun 2025

“Yaitu, pemangkasan suku bunga acuan, normalisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), serta siklus komoditas energi di kuartal IV,” paparnya.

Ke depan, emiten BUMN sektor perbankan, infrastruktur, dan energi masih akan menjadi penopang kinerja indeks IDX BUMN20 secara keseluruhan.

“Ini karena bobot terbesar secara kapitalisasi pasar dari emiten perbankan, maka performanya akan berdampak pada kinerja indeks secara keseluruhan,” tuturnya.

Audi merekomendasikan beli untuk BMRI, BBRI, TLKM, dan PGAS dengan target harga masing-masing Rp 7.500 per saham, Rp 5.550 per saham, Rp 3.750 per saham, dan Rp 1.660 per saham.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani melihat, penurunan kinerja indeks IDX BUMN20 disebabkan koreksi beberapa saham berkapitalisasi besar yang kinerja sahamnya melemah sejak awal tahun.

Misalnya, berdasarkan analisis Arjun, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) punya bobot 15,74% ke IDX BUMN20. Saham BBRI pun sudah turun 8,29% sejak awal tahun. 

Sementara, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), yang bobotnya sebesar 14% ke IDX BUMN20, sahamnya sudah turun 23,29% sejak awal tahun.

Hal serupa dilihat Arjun juga terjadi ke beberapa indeks utama lain, misalnya LQ45 dan IDX30. Sementara, indeks utama yang berkinerja positif secara YTD, seperti IDX80 & Kompas100, kenaikannya juga sangat tipis, yaitu di bawah 0,5%.

“Jadi, ini bukan unik hanya terjadi pada IDX BUMN20, karena mayoritas indeks utama secara YTD masih lesu,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/9).

Menurut Arjun, penurunan mayoritas indeks utama dibandingkan kinerja IHSG akibat adanya beberapa saham yang menopang IHSG secara signifikan. 

Misalnya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang tidak masuk indeks utama. BREN memiliki kapitalisasi pasar Rp 1.592,06 triliun dan sahamnya naik 59,2% secara YTD.

Baca Juga: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Tambang BUMN

“Saham-saham seperti DSSA, BREN, dan lainnya itu tidak masuk ke indeks-indeks utama itu. Mereka naik pesat dan hanya berdampak ke kinerja IHSG,” paparnya.

Director Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada melihat, kinerja IDX BUMN20 terdiri dari beberapa emiten berkapitalisasi pasar besar yang kinerja sahamnya tercatat masih rendah.

“Misalnya saham-saham perbankan besar, seperti BBRI, BBNI, BMRI, BBTN, dan BRIS. Lalu, ada PGAS, PTBA, dan TLKM. Semuanya kinerjanya masih rendah secara YTD,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/9).

Reza melihat, target dividen BUMN tahun 2025 masih belum terealisasikan, sehingga sentimennya masih belum signifikan ke kinerja saham para emiten untuk saat ini.

”Di sisi lain, investor juga pasti akan melihat kinerja fundamental emiten secara riil. Ini juga akan kembali melihat kondisi makroekonomi,” ungkapnya.

Reza pun menyarankan investor untuk memperhatikan saham BBRI, BRIS, JSMR, PTBA, dan PTPP.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, naiknya target dividen BUMN di tahun 2025 bisa mencerminkan hasil positif dari upaya penerapan tata kelola perusahaan yang baik alias good corporate governance (GCG).

Sektor finansial, khususnya perbankan, dan sektor pertambangan juga dilihat masih menopang kinerja indeks IDX BUMN20 secara keseluruhan.

“Perbankan itu yang paling rajin bagi dividen. Selain itu, ada TLKM yang masih rajin bagi dividen. Efek rajin bagi dividen ini yang membuat kapitalisasi pasarnya kuat,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/9).

Secara teknikal, kinerja IDX BUMN20 saat ini sudah dalam tren bullish, meskipun masih diliputi sentimen negatif terkait kinerja fundamental dan masalah utang. Sentimen negatif itu khususnya ditujukan pada emiten sektor infrastruktur.

Di kuartal III dan IV 2024, prospek kinerja emiten BUMN pun masih positif. Hal ini terkait potensi penurunan suku bunga bank sentral. Nantinya, sektor keuangan dan infrastruktur akan jadi sektor dengan kinerja yang baik di sisa tahun 2024.

Sektor pertambangan dan energi masih melemah. Hal ini terkait dengan harga komoditas yang tengah terdepresiasi.

“Target dividen Rp 90 triliun juga masih realistis untuk tahun 2025,” paparnya.

Nafan pun merekomendasikan buy on weakness untuk ADHI dengan target harga terdekat Rp 302 per saham. 

Rekomendasi accumulative buy diberikan untuk ANTM, BBRI, BMRI, BRIS, PGEO, SMGR, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 1.660 per saham, Rp 5.325 per saham, Rp 7.800 per saham, Rp 2.790 per saham, Rp 1.175 per saham, Rp 4.160 per saham, dan Rp 3.270 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×