kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Jurus Investasi Saham ala Lie Kurniawan, Direktur PT Manggung Polahraya Tbk


Sabtu, 20 Januari 2024 / 05:58 WIB
Simak Jurus Investasi Saham ala Lie Kurniawan, Direktur PT Manggung Polahraya Tbk
ILUSTRASI. Direktur PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) Lie Kurniawan.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkenalan dengan investasi saham membawa Lie Kurniawan, Direktur PT Manggung Polahraya Tbk (MANG), mengenal dan memasuki dunia ekonomi. Ia bercerita, awal mula mengenal dunia investasi melalui kakaknya pada tahun 2000. Pada saat itu, dirinya masih mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Kakak saya lima tahun lebih tua dan saya diperkenalkan dengan saham," cerita Kurniawan kepada KONTAN, Jumat (19/1).

Perkenalan itu memunculkan kesan bagi Kurinawan muda. Sehingga, akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai dunia investasi, khususnya saham.

Apalagi Kurniawan melihat investasi memiliki masa depan cerah. "Kita bisa mendapatkan return yang sangat baik, bahkan punya potensi penghasilan yang luar biasa kalau memang betul-betul bisa menguasai dengan baik," jelasnya.

Sembari mengumpulkan modal sedikit-sedikit melalui uang jajannya, ia memulai perjalanan investasinya pada 2001. Instrumen pertama yang ia masuki adalah saham, berhubung perkenalan awalnya dengan dunia investasi melalui saham.

Berbekal hal itu, Kurniawan memutuskan memperdalam ilmunya dengan memasuki kuliah jurusan keuangan perbankan. Karena saat itu, hanya jurusan itu yang paling dekat dengan dunia investasi.

Baca Juga: Intip Tips Maksimalkan Cuan dari Reksadana Pendapatan Tetap Berikut Ini

Tak berhenti di saham, Kurniawan juga sempat mencoba beberapa instrumen lain. Ia pernah mencoba produk derivatif seperti kontrak opsi saham, futures, forex, hingga kripto. Hanya saja, ia merasa instrumen-instrumen tersebut tidak cocok dengan dirinya yang cenderung tipe konservatif.

"Saya di derivatif hanya setahun, lalu berhenti dan di kripto sekitar 3 tahun dan berhenti," sebutnya.

Menurut Kurniawan, instrumen-instrumen tersebut membutuhkan kecekatan dan cenderung spekulatif. Sementara di saham, sudah ada teori yang jelas, setidaknya dengan melihat fundamental keuangan perusahaan.

Selain memperhatikan fundamental, momentum untuk masuk pada suatu saham juga dinilainya penting diperhatikan. Ia mencontohkan, tahun 2002, saat peristiwa bom Bali, harga saham turun 7%-10%.

Kurniawan sampai harus izin keluar kelas untuk cek saham. Kala itu, ia memilih membeli saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan pada akhir 2003, dirinya melepas saham itu dengan keuntungan lima kali lipat.

"Jadi, memang kejadian, tren dan momentum itu sangat mempengaruhi hasil investasi kita," terangnya.

Contoh lainnya saat booming saham batubara pada 2022 lalu. Menurutnya, apabila mengikuti tren dengan memutuskan ikut membeli maka bisa berpotensi mendapatkan kenaikan yang banyak. Sementara apabila memilih sektor lain, kemungkinan besar returun-nya akan lebih kecil.

Namun, ia menegaskan penting untuk tetap memperhatikan dan memahami fundamental perusahaan yang ingin dimasuki. Terlebih dengan kemudahan mendapatkan informasi saat ini.

Karena berbagai hal itu, pria asal Jakarta ini memantapkan menaruh seluruh investasinya pada instrumen saham. Hanya saja, belakangan ini sedikit bergeser alokasinya. "Saat ini alokasi ke saham menjadi 80% dan 20% cash," sebutnya.

Menurut Kurnawan, hal ini juga dipengaruhi volatilitas yang tinggi di pasar saham. Selain itu juga ketidakpastian yang cukup tinggi dari gejolak ekonomi dunia.

Baca Juga: 5 Filosofi Keren Warren Buffett untuk Memulai Tahun 2024

Oleh sebab itu, ia menyarankan investor untuk peka terhadap situasi dunia. Hal itu karena kondisi setiap tahun berbeda-beda. "Jadi cara mainnya tahun 2000, 2010, 2017, dan juga saat Covid-19 itu semua beda-beda," terangnya.

Ia mencontohkan lagi, saat Covid-19, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari 20%. Hal itu dinilai sebagai sebuah peluang, tetapi kondisi krisis tersebut berbeda dengan saat krisis ekonomi sebelumnya lantaran kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Sementara saat Covid-19 seluruh negara mengalami krisis, sehingga investor harus cermat karena perusahaan bisa terancam bangkrut.

"Tips lainnya, pastikan berinvestasi menggunakan uang dingin dan hanya pada perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik ke depannya," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×