Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Adapun kinerja SIDO yang moncer di kuartal ketiga didorong oleh penjualan domestik seiring melemahnya penjualan ekspor ke pasar Filipina dan Nigeria. Terpantau, hanya penjualan ke Malaysia yang menunjukkan peningkatan karena penjualan bulanan dilaporkan kembali ke level sebelum pandemi.
Berdasarkan segmen, produk makanan dan minuman (food and beverages) membukukan pertumbuhan paling kuat, yakni sebesar 18,8% secara year-on-year (YoY) karena adanya permintaan yang tinggi untuk produk minuman sehat (Vitamin C dan Ginger Beverages). Sementara itu, segmen jamu dan farmasi melaporkan pertumbuhan masing-masing sebesar 1% dan 0,6% secara yoy.
Baca Juga: Masih banyak yang antre, aksi IPO bakal ramai di akhir tahun
Pada Agustus 2020, SIDO mengirimkan pengiriman pertama produk Tolak Angin ke Kerajaan Arab Saudi. “Ini mungkin akan menjadi pasar ekspor lain yang menguntungkan, yang ditargetkan menyumbang 2% dari pendapatan tahun ini,” tulis Natalia dalam riset, Rabu (21/10)
BRI Danareksa Sekuritas menilai saham SIDO tetap atraktif karena posisi kas bersihnya yang kuat, pembayaran dividennya yang tinggi, manajemen yang solid, dan kapasitas yang memadai untuk mendukung pertumbuhan lebih lanjut.
Hanya saja, BRI Danareksa Sekuritas menilai valuasi saham SIDO saat ini sudah cukup mahal.. Dus, BRI Danareksa Sekuritas menurunkan rekomendasi saham SIDO menjadi hold dengan target harga Rp 765.
Selanjutnya: Masuki pekan pendek, ini proyeksi IHSG untuk perdagangan Senin (26/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News