Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Prospek TINS
Dalam risetnya, Jumat (8/1), analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri memperkirakan harga timah yang solid di semester pertama 2021. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi, optimisme akan ketersediaan vaksin Covid-19, dan dukungan ekonomi dari pemerintah.
Dari sisi penawaran, terjadinya musim penghujan antara November hingga Maret di negara-negara penghasil utama timah, seperti Indonesia, diperkirakan akan mengganggu pasokan timah pada kuartal pertama 2020. Oleh karena itu, BRI Danareksa Sekuritas mengasumsikan harga rata-rata timah akan berada di level US$ 19.000 per ton untuk tahun ini dan US$ 20.000 per ton untuk tahun 2022.
Di sisi lain, dengan adanya pemulihan ekonomi China pada tahun 2020, dan pemulihan penuh yang diharapkan terjadi pada tahun 2021, BRI Danareksa memperkirakan adanya normalisasi kebijakan ekonomi dan pelonggaran kebijakan era pandemi yang akan mengarah pada pengurangan paket stimulus. Karenanya, hal ini diyakini akan mengurangi permintaan komoditas tambang logam global pada semester kedua tahun ini.
Stefanus mengharapkan adanya peningkatan pendapatan TINS untuk tahun 2021. Proyeksi ini terutama karena adanya ekspektasi harga timah yang solid, penurunan utang yang berkelanjutan untuk memperkuat posisi neraca, serta inisiatif efisiensi biaya yang dilakukan PT Timah.
Baca Juga: Harga timah masih bisa melaju, begini prospek PT Timah (TINS) tahun ini
Selain itu, pengembangan proyek Ausmelt yang diharapkan akan mulai beroperasi pada awal 2022 dan proyek logam tanah jarang (rare earth project) diharapkan bisa menyokong pendapatan jangka menengah hingga jangka panjang emiten BUMN ini.
Penjualan logam timah TINS hingga kuartal ketiga 2020 tercatat sebesar 45.548 ton atau turun 9,49% (yoy) dibandingkan penjualan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 50.326 ton. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan volume penjualan timah PT Timah mencapai 55.000 ton pada tahun 2020, sementara penjualan timah di tahun ini cenderung flat, sekitar 55.000 ton.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold saham TINS dengan target harga Rp 1.600 per saham. Senin (18/1), harga saham TINS merosot 6,84% ke Rp 2.180 per saham.
Baca Juga: Pengaturan baru logam tanah jarang (LTJ) menjadi angin segar bagi PT Timah Tbk (TINS)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News