Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Tahun 2006 barangkali memang bukan milik PT Astra International Tbk (ASII). Laba bersihnya turun 32% menjadi Rp 917 per saham. Padahal, pada 2005, laba bersih per sahamnya mencapai Rp 1.348. Pun begitu, analis masih memandang prospeknya tahun ini menarik. Membaiknya suku bunga bakal memicu orang kembali berbelanja otomotif.Berdasarkan laporan ASII yang dirilis kemarin (28/2), kinerja finasialnya merosot tajam dari tahun lalu. Pendapatan bersihnya turun 10% menjadi Rp 55,5 triliun; dari sebelumnya Rp 61,7 triliun.
Sementara laba operasinya menjadi sekitar Rp 5 triliun atau turun 22% dari laba operasi 2005 yang mencapai Rp 6,4 triliun. Alhasil, laba bersih ASII tinggal Rp 3,7 triliun atau merosot 32% dari tahun lalu yang mencapai Rp 5,5 triliun. "Tahun 2006 terbukti, seperti telah diperkirakan, merupakan tahun yang sulit," kata Michael D. Ruslim, Direktur Utama ASII, Rabu (28/2). Masih relatif tingginya suku bunga di sepanjang 2006 ternyata menyulitkan ASII untuk mendongkrak penjualan otomotifnya. Seperti kita tahu, pembelian otomotif umumnya lewat cara mencicil alias kredit.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Oktober 2005 turut memperparah kondisi tersebut. Tingginya bunga kredit dan mahalnya bahan bakar otomotif memang membuat orang berpikir seribu kali sebelum membeli mobil. Alhasil, laba operasional dari bisnis otomotif ASII anjlok 51% menjadi Rp 859 miliar. Pasalnya, total permintaan mobil turun 40% menjadi 318.904 unit. Sementara penjualan mobil ASII turun menjadi 174.827 unit atau turun 32%. Lucunya, secara penguasaan pasar, pangsa ASII naik dari 49% menjadi 55%. Penjualan motor roda dua pun turun. Secara industri, permintaan motor turun 13% menjadi 4,4 juta unit. Sementara, penjualan Astra Honda Motor turun 12% menjadi 2,3 juta unit dengan pangsa pasar 53%. Anak perusahaan ASII juga tak membantu. Penjualan Astra otoparts Tbk (AUTO) juga melemah dari Rp 3,85 trilun menjadi Rp 3,37 triliun. Namun, laba bersihnya sedikit membaik dari Rp 279 miliar menjadi Rp 282 miliar. Artinya, laba per sahamnya naik dari Rp 362 menjadi Rp 366. Sayang, kinerja Astra Agro Lestari Tbk (AALI), yang diharapkan bisa menopang kinerja ASII pada masa sulit itu, ternyata juga tak cukup bagus. Laba bersih anak usaha ASII di bidang perkebunan ini boleh dibilang datar di kisaran Rp 787 miliar.
Namun, penjualannya meningkat berkat kenaikan penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebesar 11%. Setali tiga uang kinerja United Tractor Tbk (UNTR) yang bergerak di sektor alat berat. Laba bersihnya merosot 11% menjadi Rp 930 miliar. Pun begitu, Michael yakin, tahun 2007 ini kinerja ASII bakal membaik seiring dengan mem baiknya kondisi makro ekonomi. Ini terutama didukung oleh meningkatkan daya beli masyarakat dan sudah relatif rendahnya tingkat bunga. Astra berharap kondisi ini akan mendorong belanja otomotif. Namun, Michael buru-buru mengingatkan bahwa pada kuartal pertama tahun ini penjualan ASII belum bisa diharapkan akibat banjir yang merendam Jakarta dan pabrik ASII.
Para analis sendiri masih yakin dengan prospek kinerja ASII pada tahun ini. “Penurunan suku bunga beri sentimen positif untuk pergerakan harga sahamnya,” jelas Alfiansyah, analis Sinarmas Securitas. Ia juga berharap banyak pada prospek kinerja AALIdan UNTR. Tentu ini tak berlebihan lantaran harga CPO diperkirakan akan naik seiring naiknya permintaan. Begitu pula, permintaan alat berat akan tumbuh seiring gemuruh sektor pertambangan. Alhasil, Alfiansyah menargetkan, pertumbuhan ASII tahun ini bisa mencapai 15%. Ia pun tak ragu-garu merekomendasikan investor untuk membeli saham ini. Menurut hitungannya, harga saham ASII bisa naik ke Rp 18.800 per saham. Bahkan, tak mustahil mencapai Rp 19.950. Sementara, saat ini harganya baru Rp 14.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News