Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Bisnis kebun kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di tahun ini bakal makin subur. Maklum, AALI sudah menyiapkan dana Rp 700 miliar untuk berburu lahan kebun dan membangun pabrik pengolahan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berkapasitas produksi 30 ton per tahun.
Dana ekspansi ini berasal dari kas dan utang.Lahan yang tengah diincar untuk perluasan kebun kelapa sawit seluas 17.000 hektare itu terletak di Kalimantan Timur. "Rencana perluasan lahan sebenarnya sudah ada sejak 2005. Tapi tahun ini kami juga akan membuka lahan baru di Kalimantan Timur," ujar Julie Syaftari, Direktur Astra Agro, akhir pekan lalu. Selain itu, tahun depan anak PT Astra International Tbk ini akan memperluas lahan kebunnya di Riau.
Menurut Julie, ekspansi lahan itu bukan hanya untuk perkebunan kelapa sawit, tapi juga untuk lahan perkebunan karet. Persiapannya sudah dimulai, dan sekarang Astra Agro sedang sibuk mencari lokasi lahan baru. "Tinggal menunggu izin lokasinya," imbuhnya. Sekadar informasi, emiten saham berkode aali itu sekarang sudah memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 216.000 hektare. Rinciannya: 100.000 hektare lahan di Sumatra, 70.000 hektare di Kalimantan, dan 46.000 hektare di Sulawesi. Sedangkan luas lahan perkebunan karet 2.600 hektare.
Rencana perluasan lahan tersebut sudah pasti bakal berdampak pada peningkatan produksi perusahaan. Nah, sebagai antisipasi peningkatan produksi kelapa sawit di masa depan, aali sudah bersiap membangun pabrik baru untuk mengolah CPO. Pabrik baru itu punya kapasitas produksi 30 ton per tahun. "Lokasinya masih digodok, antara di Riau atau di Sulawesi Barat untuk produksi komersialnya," kata Julie. Ricardo Silaen, analis Kim Eng Securities, dalam risetnya yang dipublikasikan Bloomberg, pertengahan bulan lalu, berpendapat aali memang lebih ekspansif tahun ini.
Pasalnya, belanja modalnya lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya Rp 566,5 miliar. Alokasi belanja modal aali tahun ini adalah: 40% untuk ekspansi lahan perkebunan, 30% untuk penambahan pabrik baru, dan sisanya untuk infrastruktur. Ia meramalkan pabrik baru itu akan rampung akhir tahun ini. Bagaimana soal pembiayaan belanja modal itu? Julie bilang, semua kebutuhan dana ekspansi bersumber dari kas internal. Selain itu, berdasarkan catatan Ricardo, beberapa bank juga siap menyuntikkan pinjaman jangka pendek kepada AALI. Kebetulan,aali masih mengantongi fasilitas pinjaman Rp 50 miliar dari Bank BCA, US$ 20 juta dari Rabobank, dan Rp 100 miliar dari HSBC.aali juga bisa leluasa mencari utang karena hingga akhir tahun lalu total utangnya hanya Rp 70,6 miliar. Selain disokong ekspansi, prospek harga CPO internasional yang semakin licin juga bakal menguntungkan Astra Agro Lestari.
Harga kontrak komoditi CPO di Bursa Derivatif Malaysia, pada Kamis (5/4) lalu mencapai US$ 612 per ton. Harap dicatat, ini merupakan harga tertinggi CPO sejak 8 tahun lalu. Pemicu kenaikan harga CPO ini saat ini adalah kekhawatiran menurunnya suplai CPO dunia akibat pengaruh musim kemarau yang berkepanjangan sejak akhir 2006. Data produksi CPO aali periode Januari-Februari 2007 sendiri memang hanya 539.411 ton, atau turun 5% dibanding dengan produksi CPO pada periode yang sama tahun lalu. Tapi, Julie mengatakan, ia belum dapat memperkirakan penurunan produksi yang bakal terjadi sepanjang 2007. Yang pasti, dampak musim kering akan berlanjut hingga enam bulan pertama tahun ini. Sebastian Tobing, analis Trimegah Securities, dalam risetnya awal Maret lalu, menetapkan target harga saham aali sebesar Rp 14.900 per saham. Ia bilang, peningkatan harga CPO dan produktivitas lahan akan mampu menutup kenaikan beban perusahaan sepanjang 2007. Pada akhir pekan lalu, harga saham aali melemah Rp 100 menjadi Rp 13.650 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News