Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) punya segudang rencana usai mencatatkan sahamnya di papan bursa. Tujuannya, emiten yang terafiliasi dengan Grup Medco ini ingin terus mendorong produksi emas dan tembaga miliknya.
Amman Mineral adalah perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia. Ini berkat pengoperasian Tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Saat ini, Amman Mineral sedang fokus pada proyek penambangan tambang Batu Hijau fase ketujuh. Pada saat bersamaan, perusahaan ini juga menggarap pengembangan tahap kedelapan yang diperkirakan dapat memperpanjang usia Tambang Batu Hijau hingga tahun 2030.
Setelah itu, Amman Mineral akan menyiapkan proyek eksplorasi Elang untuk memulai operasional penambangan di tahun 2031 hingga 2046. Amman juga terus menggenjot pembangunan pabrik pengolahan alias smelter konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga dan lumpur anoda. Fasilitas pengolahan ini memiliki kapasitas input mencapai 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun.
Baca Juga: Upaya Amman Mineral (AMMN) Mencuil Cuan dari Emas dan Tembaga
Penyelesaian smelter tersebut ditargetkan selesai pada tahun 2024. Nantinya, smelter itu akan mengolah konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan proyek Elang.
Direncanakan smelter tersebut bakal menghasilkan 222.000 ton katoda tembaga dan 830.000 ton asam sulfat dengan konsentrasi 98,0%. Lalu pemurnian logam mulia akan menghasilkan 18 ton emas batangan, dengan kemurnian emas 99,9%, 55 ton perak batangan, dan logam mulia lainnya.
Kartika Octaviana, Vice President Corporate Communications & Investor Relations Amman Mineral mengatakan, pihaknya tengah mengebut pengerjaan smelter.
"Kami berupaya targetnya sesuai, tetapi smelter itu gedungnya banyak dan teknologinya saling sambung satu sama lain. Jadi kami harus memastikan teknis dan keamanannya," kata Kartika kepada KONTAN.
Baca Juga: Punya Kapitalisasi Pasar Terbesar di ASEAN, Nilai Transaksi Harian Bursa Malah Loyo
Menurut laporan Wood Mackenzie bertajuk Copper and Gold Markets and Asset Benchmarking Report yang terbit pada Mei 2022, tambang Batu Hijau adalah produsen tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, setelah tambang Grasberg yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia.
Batu Hijau juga memiliki cadangan tembaga terbesar kelima di dunia jika dikombinasikan dengan Cebakan Elang. Tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbuka konvensional. Bijih dari tambang diproses menjadi konsentrat tembaga, yang juga mengandung emas dan perak sebagai mineral pengikutnya.
Konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dijual ke smelter tembaga di Jepang, Korea Selatan, Filipina, India, Indonesia, dan Tiongkok.
Smelter-smelter itu juga membeli konsentrat tembaga dari tambang-tambang lain di beberapa negara di Asia. Produsen konsentrat tembaga bersaing dari segi kualitas, yakni kandungan logam dan tingkat kemurnian, serta dari segi logistik atau biaya transportasi.
Izin ekspor
Belum lama ini, anak usaha Amman Mineral Internasional, yakni PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) juga mendapatkan persetujuan ekspor konsentrat tembaga dari Kementerian Perdagangan. Izin ekspor yang diberikan sebesar 900.000 wet tons konsentrat tembaga.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Amman Mineral (AMMN) Melesat, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah mengeluarkan rekomendasi persetujuan ekspor hasil pengolahan mineral kepada Amman Mineral Nusa Tenggara sebagai landasan bagi izin ekspor dari Kemendag.
Walhasil, Amman Mineral Nusa Tenggara dapat segera kembali melakukan ekspor konsentrat tembaga. Walhasil, ini akan kembali memberikan kontribusi langsung bisnis perusahaan itu, juga terhadap perekonomian lokal maupun nasional.
Seluruh ekspansi yang digadang Amman Mineral akan semakin mudah usai mengantongi amunisi dana segar dari hasil initial public offering (IPO) sebesar Rp 10,73 triliun. Merujuk prospektus IPO, sebagian besar dana akan digunakan untuk memuluskan ekspansi Amman Mineral dan anak-anak usahanya.
Kartika pun meyakini, usaha pertambangan tembaga memiliki prospek usaha yang menjanjikan dan potensial, seiring pertumbuhan sektor industri, energi hijau, serta kendaraan listrik. Prospek usaha pertambangan emas juga masih menarik, dilihat dari sisi harga yang ditopang oleh permintaan investasi dan pembelian oleh bank sentral di berbagai negara di dunia.
Per akhir 2022 lalu Amman Mineral berhasil mengantongi pertumbuhan laba mentereng, Nilainya mencapai US$ 1 miliar atau naik hingga 242,71% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News