Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah harga timah memasuki level harga tertinggi secara tahunan atau year to date (ytd) pada Rabu (6/2) lalu, yang tumbuh 7,8% dari perdagangan akhir tahun 2018, harga timah mulai memasuki tren bearish.
Hal itu terlihat dari perdagangan hari Kamis (7/2) pukul 16.30 WIB, harga timah dalam London Metal Exchange (LME), untuk kontrak pengiriman tiga bulanan terkoreksi 0,23% menjadi US$ 20.950 per metrik ton dari harga sebelumnya sebesar US$ 21.000 per metrik ton.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, saat ini harga timah sudah melambung tinggi, sehingga wajar bila mengalami koreksi. Malah menurutnya, saat ini harga timah akan memasuki tren bearish.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, level psikologis harga timah berada dikisaran US$ 20.500 - US$ 21.000 per metrik ton. Apalagi mata uang dollar Amerika Serikat (AS) mulai menguat. "Jadi membuat komoditas timah terkoreksi,"ujarnya kepada Kontan.co.id Jumat (8/2).
Berdasarkan data Bloomberg, dollar AS kembali menguat pada perdagangan Jumat (8/2) pukul 15.24 WIB 0,10% di level 96.608. Hal ini distimulus data non-farm payrool yang dirilis bulan ini positif di 306.000 dari ekspektasi sebelumnya di 164.000.
Menurut Ibrahim, data ini akan menjadi katalis bagi The Fed menaikkan suku bungan acuan tahun ini. Meski begitu, ia memproyeksikan The Fed paling banter menaikkan suku bunga dua kali saja selama tahun 2019. Sehingga, kalau harga timah terkoreksi, diproyeksikan tidak sedalam tahun lalu.
Selain itu, testimoni Bank of England (BoE) yang merevisi pertumbuhan ekonomi Inggris dari 1,7% menjadi 1,2% juga menyokong dollar AS. Akhirnya komoditas yang menggunakan dollar AS sebagai mata uang transaksi melemah. “Sekarang juga kan akhir pekan, pelaku pasar cenderung ambil untung,” katanya.
Indonesia adalah salah satu negara eksportis terbesar timah di dunia. Dari akhir tahun lalu sampai sekarang industri timah domestik membatasi ekspornya. Sebab ada isu yang beredar bahwa tambang timah di Indonesia tergolong illegal.
Berkurangnya ekspor timah seharusnya dapat mengapresiasi harga timah. Akan tetapi, nampaknya penguatan indeks dollar hari ini mampu mengalahkannya.
Ia memprediksi, harga timah pekan depan cenderung terkorteksi, dengan rentang pergerakkan selama sepekan di US$ 20.750- US$ 21.000 per metrik ton. Sementara untuk Senin (11/2) harga dimah diramal berada di US$ 20.870-US$ 20.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News