Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terhitung tanggal 1 Februari 2018, Bursa Efek Indonesia resmi memiliki indeks baru, yakni IDX80. Ini adalah indeks atas harga 80 saham perusahaan tercatat yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Bila dihitung berdasarkan pergerakan harga saham pengisi indeks sejak awal tahun, indeks ini sudah naik 7,13%.
Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan bahwa jika dilihat secara sektoral, misalnya saham sektor perkebunan biasanya kuartal pertama selalu mengalami kenaikan. Lalu untuk saham sektor pertambangan, ia bilang harga mayoritas komoditas tengah mengalami kenaikan.
"Harga komoditas selama sebulan terakhir seperti timah sudah mengalami kenaikan sebesar 7%, harga nikel sudah meningkat 18%. Kemudian diikuti juga berita korporasi seperti MEDC yg akan menguisisi Ophir Energy. Kemudian harga minyak juga naik 16,8%," kata Sukarno kepada kontan.co.id, Minggu (3/2).
Selanjutnya untuk sektor keuangan, infrastruktur, konstruksi, industri dasar dan properti, Sukarno mengungkapkan bahwa January effect sampai kuartal pertama biasanya mengalami kenaikan yang signifikan. "Apalagi beriringan tahun pemilu. Ditambah lagi emiten yang ada aksi korporasi seperti contoh SMGR yang akuisisi Holcim. Kemudian penguatan rupiah menjadi momentum kenaikan harga saham," paparnya.
Sukarno lalu menggarisbawahi bahwa prospek saham-saham mayoritas penghuni IDX80 memiliki kinerja yang bagus ke depannya dan diperkirakan akan terus bertumbuh. "Untuk saham-saham di IDX80 tersebut pastinya bisa menjadi acuan mengingat investor akan lebih banyak pilihan untuk masuk ke portofolio mereka," imbuhnya.
Dari sisi saham, ia merekomendasikan beli sejumlah saham dengan target harga dari jangka menengah hingga jangka panjang seperti AKRA, INCO, TINS, ELSA, TKIM, INKP, PTPP, WSKT, WIKA, WTON, BSDE dan CTRA.
Untuk AKRA, dia merekomendasikan untuk beli dengan target harga Rp 6.825 per saham, INCO dengan target harga Rp 4.420 per saham, TINS dengan target harga 1.780 per saham, ELSA dengan target harga Rp 458 per saham, TKIM dengan target harga Rp 16.000 per saham dan INKP dengan target harga Rp 16.275 per saham.
"Untuk PTPP boleh beli dengan target harga 2.800 per saham, WSKT dengan target harga Rp 2.400 per saham, WIKA dengan target harga 2.190 per saham, WTON dengan target harga Rp 496 per saham, BSDE dengan target harga Rp 1.755 per saham dan CTRA dengan target harga Rp 1.160 per saham," tuturnya.
Sementara itu, analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengungkapkan bahwa penyebab IDX80 mengalami kenaikan lantaran kinerja mayoritas emiten-emiten tersebut secara tahunan sejalan dengan konsensus. "Misalnya ada beberapa emiten perbankan yang result-nya sudah rilis, bisa jadi bayangan kinerja emiten di sektor sejenis yang belum release laporan full year 2018," katanya.
Lalu mengenai alasan saham penghuni IDX80 bisa menjadi acuan ke depan atau tidak, Yaki bilang perlu melihat lagi fundamental keuangan dan bisnis inti masing-masing emiten. "Ya lihat lagi kinerja bisnis dan fundamentalnya, misalnya TOWR kinerja bagus, dividend yield lumayan besar dan prospek bisnisnya bagus, jadi bisa untuk investasi mid term and long term," tambah dia.
Dari sisi saham ia merekomendasikan untuk beli sejumlah saham dengan target harga di jangka pendek seperti TOWR, UNTR, LPPF, BSDE, HMSP, INKP, PGAS, ITMG dan EXCL.
Yaki pun menjabarkan bahwa untuk saham TOWR boleh beli dengan target harga di level Rp 950 per saham, UNTR boleh beli dengan target harga di level Rp 27.500 per saham, LPPF boleh beli dengan target harga di level Rp 7.500 per saham dan BSDE boleh beli dengan target harga di level Rp 1.480 per saham.
"Kemudian untuk HMSP boleh beli dengan target harga di level Rp 3.900 per saham, INKP beli di level Rp 13.850 per saham, PGAS beli di level Rp 2.670 per saham, ITMG beli di level Rp 23.350 per saham, dan EXCL beli di level Rp 2.290 per saham," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News