Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia diperkirakan akan kembali stabil selepas keputusan The Federal Reserve yang menaikan suku bunga acuan Amerika Serikat sebesar 25 basis poin.
Amir Dalimunthe, Analis Fixed Income Danareksa Sekuritas menyampaikan, tekanan di pasar obligasi sebenarnya sudah mulai mereda dalam beberapa hari sebelum agenda Federal Open Market Commitee (FOMC) digelar pada Rabu (21/3) lalu. Hal ini didorong oleh hampir seluruh pelaku pasar yang yakin bahwa kenaikan suku bunga acuan AS akan terjadi.
"Imbal hasil US Treasury mulai bergerak turun lagi ke kisaran 2,8% setelah beberapa waktu sebelumnya hampir menyentuh level 3%," kata Amir memberi bukti, Kamis (22/3).
Maka dari itu, dia optimistis, pasar obligasi akan kembali stabil sepanjang bulan April hingga Mei. Sebab, sudah tidak ada lagi sentimen berupa kenaikan suku bunga acuan AS pada saat itu. Hal ini didukung pula oleh kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil. "Defisit neraca dagang juga perlahan berkurang dan berpotensi menuju surplus," ujarnya.
Kenaikan suku bunga acuan AS diprediksi akan kembali terjadi pada Juni mendatang. Alhasil, volatilitas di pasar obligasi akan kembali meningkat ketika memasuki bulan tersebut.
Lebih lanjut, Amir menyampaikan, walau The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga acuan AS hanya naik sebanyak 3 kali pada tahun ini, namun ekspektasi yang beredar di kalangan pelaku pasar justru terbelah.
"Untuk sementara ini, bisa dibilang 50:50 jumlah pelaku pasar yang memprediksi Fed Fund Rate naik 3 kali dengan yang naik 4 kali," ungkapnya.
Jikalau The Fed benar-benar menaikan suku bunga acuan AS sampai 4 kali, maka kenaikan tersebut diprediksi akan terjadi pada bulan September nanti. Artinya, gejolak di pasar obligasi bisa saja kembali terjadi pada bulan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News