Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sepanjang tahun 2025, aset kripto tetap bergerak dengan volatilitas yang tinggi. Hal ini dipengaruhi berbagai sentimen seperti kebijakan suku bunga hingga arus likuiditas.
Resna Raniadi, COO Upbit Indonesia mengatakan, sepanjang tahun 2025, pasar aset kripto cenderung bergerak dengan volatilitas yang tetap tinggi namun menunjukkan kecenderungan positif secara struktural.
Pergerakan ini tidak lepas dari efek lanjutan Bitcoin halving 2024, yang secara historis berdampak pada pengetatan suplai dan sentimen pasar.
“Selain itu, arah kebijakan moneter global,khususnya terkait suku bunga dan likuiditas turut mempengaruhi arus modal ke aset seperti kripto,” ujar Resna kepada Kontan, Jumat (26/12/2025).
Baca Juga: Jelang Akhir Tahun 2025, Harga Bitcoin Berada di Level US$ 89.000
Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menyoroti penurunan harga Bitcoin dari akhir November hingga awal Desember 2025 yang berlangsung relatif cepat dan agresif. Dalam periode tersebut, Bitcoin terkoreksi lebih dari 30% dari puncak Oktober di sekitar US$ 126.000, dan kemudian menurun bahkan sempat menyentuh level di bawah US$ 81.000 pada awal Desember.
Fahmi menilai tekanan tersebut tidak lepas dari kombinasi faktor makro global. “Dari sisi makro, dua faktor utama yang membebani pasar adalah dinamika ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed serta keputusan Bank of Japan (BoJ) untuk menaikkan suku bunga acuannya,” ujar Fahmi kepada Kontan, Jumat (26/12/2025).
Fahmi menerangkan bahwa kebijakan BoJ tersebut mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Jepang jangka dua tahun naik ke 1,105%, level tertinggi sejak 1997, sementara obligasi jangka lima tahun menyentuh titik tertinggi sejak 2008. Kondisi ini menarik likuiditas ke instrumen risk-off seperti obligasi, sekaligus menurunkan minat investor untuk mengambil risiko di aset risk-on termasuk kripto.
Ketidakpastian juga diperparah oleh government shutdown AS yang berlangsung sepanjang November 2025. Ini yang menyebabkan absennya sejumlah data ekonomi penting. Meskipun inflasi CPI AS bulan November tercatat 2,7% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi, data tersebut menuai keraguan karena keterbatasan jumlah sampel akibat terhentinya aktivitas pemerintah.
Baca Juga: Harga Emas Masih Kuat pada Akhir 2025, Begini Prospeknya Hingga Tahun 2026
“Sebagian investor meragukan validitas data tersebut, sehingga sentimen bullish yang terbentuk relatif terbatas dan belum cukup kuat untuk membangun keyakinan akan adanya lebih dari satu kali pemangkasan suku bunga pada 2026,” jelas Fahmi.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi menyampaikan jumlah investor aset kripto berada dalam tren meningkat. Yaitu mencapai 19,08 juta investor pada posisi Oktober 2025, meningkat 2,50% dibandingkan posisi September 2025 yang tercatat sebanyak 18,61 juta investor.
Nilai transaksi aset kripto selama bulan November 2025 tercatat sebesar Rp 37,20 triliun, menurun 24,53% dibandingkan Oktober 2025 yang tercatat sebesar Rp 49,29 triliun. Sehingga total nilai transaksi aset kripto di sepanjang Januari – November 2025 telah tercatat senilai Rp 446,77 triliun.
“Hal ini menunjukkan kepercayaan konsumen dan kondisi pasar yang tetap terjaga baik,” ujar Hasan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB), Kamis (11/12/2025).
Selanjutnya: Jadi Buruan, Harga Perak Terus Melonjak
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok Sabtu 27 Desember 2025, Arah Baik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













