kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentimen perang dagang mendominasi pelemahan rupiah sepekan ini


Jumat, 10 Mei 2019 / 17:13 WIB
Sentimen perang dagang mendominasi pelemahan rupiah sepekan ini


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah tergolong loyo dalam sepekan terakhir. Mengutip Bloomberg, kurs spot rupiah telah terkoreksi 0,42% sepanjang pekan ini ke level Rp 14.327 per dollar AS pada Jumat (10/5). Namun, khusus hari ini rupiah berhasil menguat 0,23% dibandingkan perdagangan sebelumnya.

Di sisi lain, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia melemah 0,06% ke level Rp 14.347 per dollar AS pada perdagangan hari ini. Sementara dalam sepekan, rupiah BI terdepresiasi 0,45%.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir diakibatkan memanasnya hubungan antara AS dan China.

Hal ini setelah Presiden AS Donald Trump kembali menerapkan kebijakan kenaikan tarif impor atas barang China sebesar 25% atau US$ 325 miliar. Kebijakan tersebut mulai diterapkan pada hari ini.

“Investor banyak yang bersikap wait and see serta menghindari aset berisiko selama tensi perang dagang meningkat,” ujarnya.

Kelangsungan musim dividen di Indonesia juga turut andil dalam pelemahan rupiah. Namun, efek sentimen tersebut masih lebih rendah ketimbang dampak konflik perang dagang AS—China.

Beruntung jelang akhir pekan ini rupiah tertolong oleh data neraca transaksi berjalan Indonesia. Tercatat, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menyempit menjadi US$ 7 miliar atau 2,6% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2019.

Selain itu, data ekonomi AS yang kurang memuaskan juga membantu penguatan rupiah di akhir pekan ini. Kemarin malam, data inflasi inti sektor produsen AS hanya tumbuh 0,1% di bulan April atau lebih rendah dari proyeksi konsensus pasar sebesar 0,2%.

Deddy menilai, selama belum ada perkembangan positif dari negosiasi lanjutan antara AS dan China, rupiah masih rentan tertekan sepanjang pekan depan.

Namun, sejatinya peluang rupiah untuk menguat tetap ada dari sisi teknikal. “Sudah cukup lama dollar AS menguat sehingga berpotensi menimbulkan aksi profit taking oleh para investor,” ungkap dia.

Ia pun memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.290—Rp 14.380 per dollar AS sepanjang pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×