Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Katalis positif juga datang dari SIMP yang berencana menambah kapasitas milling dengan target tambahan sebesar 45 MT/jam di Kalimantan Timur di tahun ini. SIMP yang berpotensi masih dapat membukukan pertumbuhan kinerja membuat Michael tetap optimistis bahwa fundamental SIMP dapat bertahan melawan sentimen negatif dari rencana cut loss BP Jamsostek.
Apalagi, posisi keuangan SIMP masih tergolong sehat karena rasio net debt to equity masih sebesar 0,5 kali. Bahkan, rasio tersebut menurun dari tahun 2019 yang sebesar 0,56 kali. Net asset value per share masih di atas 900 dan mendukung kestabilan keuangan SIMP.
Dari sisi valuasi, Michael mencatat saat ini SIMP diperdagangkan di level 0,46 kali PBV. Artinya, valuasi SIMP tergolong murah dibandingkan rata-rata kompetitornya yang di atas 1 kali. Michael merekomendasikan beli dengan target harga Rp 500 di tahun ini.
Sementara risiko lain bagi SIMP di tahun ini adalah bila tekanan daya beli masyarakat selama pandemi menurun. "Pendapatan SIMP hampir 80% merupakan penjualan dari segmen edible oil dan fats sehingga pendapatan dari segmen ini rawan terkoreksi di tahun ini," kata Michael.
Baca Juga: Saham-saham ini berpotensi dilepas BPJS Ketenagakerjaan, apa kata analis?
Kompak, Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas juga menilai fundamental SIMP kuat karena berhasil bukukan kinerja positif di sepanjang tahun lalu. Saham SIMP juga ia nilai masih menarik karena memiliki valuasi yang tergolong murah.
Namun, secara teknikal harga SIMP masih dalam tren melemah. Senin (28/6), harga SIMP berada di Rp 430 per saham. "Belum ada sinyal yang jelas untuk SIMP dalam jangka pendek hingga menengah, kita gunakan strategi buy on weakness di support yang kami anggap kuat," kata Sukarno. Tidak dipungkiri, sentimen cut loss BP Jamsostek memberi sinyal negatif untuk harga SIMP dalam tekanan jual.
Baca Juga: Harga CPO merosot 12,39% dalam sepekan, berikut sentimen yang mengiringinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News