Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga minyak mentah diperkirakan masih belum bakal bergerak menembus US$ 50 per barel. Analis SoeGee Futures Nizar Hilmy mengatakan, secara keseluruhan harga minyak masih berada di posisi tertekan.
Kenaikan yang sempat terjadi pada pekan lalu dirasa hanya pergerakan harga secara teknikal. “Lihat saja fundamental minyak, semuanya negatif,” kata Nizar. Tingkat konsumsi minyak dunia merosot drastis di saat OPEC dan AS malah terus menggenjot produksinya. Dari sisi supply and demand belum ada yang mendukung. Pasar sedang banjir minyak.
Namun memang pergerakan harga saat ini terlihat lebih stabil. ”Itu karena penurunan dari level US$ 50 per barel ke harga saat ini cukup tajam,” papar Nizar. Namun sampai saat ini belum terlihat akan ada perbaikan harga untuk kembali bergulir di atas US$ 50 per barel.
Di saat stok dan produksi meningkat, permintaan justru malah terus tergerus. Ini menyebabkan tekanan terhadap harga minyak cukup besar. Sehingga peluang untuk kembali naik belum terlihat. “Semua sentimen fundamental menekan minyak,” tambah Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures.
Bahkan beberapa analis global seperti Goldman Sachs Group Inc, Citigroup Inc dan Vitol Group menduga bahwa penurunan harga minyak ini belum akan berakhir dalam waktu dekat. Citigroup dalam laporannya pada Senin (9/12) menyatakan bahwa tahun ini bisa saja harga minyak menyentuh US$ 20 per barel.
Faisyal menambahkan hanya ada tiga faktor yang bisa memberikan peluang bagi minyak untuk kembali bullish. “Yang terpenting AS memangkas kegiatan pengeboran minyak drastis dan OPEC berlapang dada membuat kebijakan baru,” jelasnya. Sedangkan faktor ketiga yang bisa menjadi pendukung adalah pulihnya perekonomian China didukung dengan data ekonominya.
Secara teknikal Nizar melihat saat ini harga masih bergerak di atas moving average (MA) 25 namun masih sangat tipis artinya belum menunjukkan adanya pergerakan naik. Stochastic bergerak menurun dari level 69 ke level 60 sehingga memperlihatkan gerak bearish. Relative strength index (RSI) masih flat di level 47 tapi dengan keberadaan level di bawah 50 artinya masih bisa turun lagi. Terakhir garis moving average convergence divergence (MACD) masih berada di area negatif yang downtrend.
Jadi kalau melihat pada teknikal juga potensi bearish masih lebih kuat. “Hari ini harga bergerak di range US$ 46 – US$ 49 per barel,” kata Nizar. Untuk sepekan mendatang harga akan bergulir di kisaran US$ 45 – US$ 50 per barel. Sedangkan Faisyal menduga harga minyak Jumat besok di sekitar support US$ 45,50 dan resistance US$ 52,60. Melihat ke pekan depan harga bisa dikisaran US$ 43,55 – US$ 60 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News