Sumber: CNBC,Bloomberg | Editor: Yudho Winarto
NEW YORK. Harga minyak mentah terus lanjutkan reli. Sinyal sejumlah produsen di Amerika Serikat mengurangi produksi menyulut kenaikan harga minyak dalam dua pekan terakhir.
Mengutip Bloomberg, Senin (9/2), harga minyak west texas intermediate (WTI) pengiriman Maret 2015 di New York Mercantile Exchange naik 1,10% ke US$52,3 per barel. Sementara, harga minyak Brent naik 0,59% ke US$58,14 per barel.
Perusahaan minyak Baker Hughes menyatakan telah terjadi pengurangan pengurangan pengeboran minyak sebanyak 261 pada Januari lalu. Tentunya berimbas pada menurunnya produksi minyak.
"Orang mulai memperhatikan jumlah pengeboran minyak (rig) pada pekan lalu, padahal sudah terjadi beberapa pekan lalu," kata analis energi Gene McGillian.
Analis Harvest International Futures Tonny Mariano mengatakan, harga minyak berpeluang mencapai US$ 75 -US$ 80 per barel tahun ini. Faktor pendorongnya, perubahan kondisi ekonomi negara importir.
Sebulan terakhir, beberapa bank sentral negara maju melonggarkan moneter atau menurunkan suku bunga. Efeknya, mata uang negara bersangkutan melemah, sehingga dollar AS menguat. Demi meminimalisir rugi selisih kurs di masa mendatang, importir mengimpor minyak sekarang.
Kenaikan signifikan baru terealisasi ketika ada faktor fundamental. Seperti perubahan kebijakan produksi OPEC. Sejauh ini, OPEC ngotot mempertahankan kuota produksi harian 30 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News