kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Semester I-2019, kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS moncer


Rabu, 03 Juli 2019 / 13:58 WIB
Semester I-2019, kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS moncer


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspektasi penurunan tingkat suku bunga turut menyokong kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar Amerika Serikat (AS), di tengah gejolak geopolitik. 

Berdasarkan data dari Infovesta Utama sepanjang semester I-2019, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap tumbuh 5,43%. Dari total 18 produk reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS, hanya enam produk yang berkinerja di bawah rata-rata. Selebihnya, mayoritas kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS tumbuh signifikan. 

Direktur Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti mengatakan yield obligasi denominasi dollar AS atau INDON yang menjadi aset pada reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS telah lebih dulu turun dibandingkan dengan Surat Utang Negara (SUN), seiring dengan munculnya nada dovish the Fed sejak akhir tahun lalu. 

"Masih adanya kekhawatiran akan nilai tukar rupiah seiring dampak perang dagang AS dan China, bagi investor global yang tidak ingin terdampak nilai tukar namun tetap ingin berinvestasi pada emerging market akan cenderung memilih sovereign bond dengan denominasi USD atau INDON," kata Endang, Jumat (28/6). 

Hal tersebut membuat yield INDON lebih cepat turun dibanding SUN atau harga INDON lebih cepat naik dibanding SUN. 

Bila dibandingkan kinerja hingga 27 Juni 2019, kinerja Bloomberg USD Emerging Market Sovereign Bond Index (BEMSID) atau indeks kinerja INDON naik lebih tinggi, yaitu 11,31% dibandingkan dengan Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index  (BINDO) yang tumbuh 8,04%. 

Sejak awal tahun yield obligasi Indonesia denominasi dollar AS turun cukup signifikan dari 4,5% menjadi 3,4% di akhir Juni. Berbeda dengan yield obligasi rupiah yang sempat naik ke 8% di Mei, yield obligasi Indonesia dollar AS konsisten mengalami penurunan. 

Soufat Hartawan, Head of Fixed Income Schroders Indonesia menambahkan, walaupun harga INDON sudah naik pesat dalam dua bulan terakhir akibat ekspektasi penurunan suku bunga di AS, selisih imbal hasil (spread) antara US Tresury dan INDON jangka waktu 10 tahun masih terlihat wajar di kisaran 130 basis poin-140 basis poin. 

Apalagi, mengingat rating Indonesia baru saja dinaikkan menjadi BBB oleh Strandard and Poor's membuat INDON banyak diminati investor global. Tak heran bila kinerja INDON menyokong kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×