Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Spread atau selisih antara yield Surat Utang Negara (SUN) dengan yield US Treasury kian melebar seiring meningkatnya tekanan yang menerpa pasar obligasi Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.
Mengutip Bloomberg, yield SUN tenor 10 tahun telah menembus level 8,59% pada perdagangan Rabu (12/9). Di saat yang sama, yield US Treasury tenor 10 tahun bertengger di level 2,96%. Ini berarti spread di antara keduanya sudah mencapai 5,63% atau 563 bps.
Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menjelaskan, baik yield SUN maupun US Treasury sebenarnya sama-sama mengalami tren kenaikan setidaknya sejak akhir Agustus lalu.
Namun, kenaikan yield SUN terlihat lebih signifikan karena tidak hanya didorong oleh faktor kenaikan yield US Treasury, melainkan juga didorong oleh sentimen pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Apalagi, pekan lalu rupiah sempat menyentuh posisi terendahnya yakni Rp 14.938 per dollar AS.
Di sisi lain, laju kenaikan yield US Treasury cenderung lebih stabil mengingat banyak investor global yang memburu instrumen tersebut sebagai aset safe haven. Hal ini didorong oleh meningkatnya tensi perang dagang yang membuat risiko investasi di negara-negara emerging market juga ikut meningkat.
Alhasil, spread antara yield SUN dengan US Treasury justru semakin melebar di bulan ini. “Padahal Agustus lalu spread rata-rata yield SUN dan US Treasury masih sekitar 4,99%,” kata Made, Rabu (12/9).
Made juga mengemukakan, dalam tiga tahun terakhir rata-rata spread yield SUN dan US Treasury tercatat sekitar 5,2%. Namun, periode yang sama Indonesia beberapa kali mengalami kenaikan peringkat utang dari berbagai lembaga pemeringkatan.
Sentimen tersebut seharusnya bisa mendorong berkurangnya nilai spread yield SUN dan US Treasury. Akan tetapi, karena volatilitas rupiah terus meningkat, penurunan spread sulit terwujud.
Lebih lanjut, Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, pelebaran spread sebenarnya dapat menjadi sinyal bahwa yield SUN saat ini sudah sangat menarik sehingga bisa mendorong para investor untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia.
Kendati begitu, pelemahan rupiah yang sudah mencapai 9,42% sejak awal tahun masih menjadi beban, terutama bagi investor asing. Terlebih lagi, tingkat pelemahan rupiah belum bisa diimbangi oleh pergerakan yield SUN 10 tahun yang sepanjang tahun ini naik 2,13% (ytd) atau 213 bps. “Melebarnya spread hingga di atas 500 bps juga untuk mengompensasi pelemahan rupiah,” ungkap Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News