kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor retail lesu, analis menyarankan investor untuk wait and see


Selasa, 04 Agustus 2020 / 17:40 WIB
Sektor retail lesu, analis menyarankan investor untuk wait and see
ILUSTRASI. Emiten retail yang menyediakan bahan konsumsi pokok menunjukkan peningkatan kinerja.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten retail telah melaporkan kinerja semester pertama tahun ini. Dari data yang dikumpulkan Kontan.co,id, terlihat bahwa emiten retail yang menyediakan bahan konsumsi pokok menunjukkan peningkatan kinerja namun sebaliknya bagi retail non-pokok. 

Retail yang menyediakan bahan pokok misalnya PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang mengantongi pendapatan sebesar Rp 38,08 triliun, meningkat 5,31% secara tahunan (yoy) dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) yang meraup pendapatan Rp 6,48 triliun atau naik 11,53% yoy. Keduanya juga mencatatkan kenaikan laba masing-masing 23,2% yoy menjadi Rp 493,26 miliar dan 15,9% yoy menjadi Rp 103,19 miliar. 

Sementara itu, emiten retail non-pokok seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) mencatat penurunan pendapatan dan laba bersih. Hanya PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba 3,88% yoy dari Rp 109,18 miliar menjadi Rp 113,42 miliar di tengah penurunan pendapatan.

Baca Juga: Matahari Putra Prima (MPPA) rugi Rp 219,25 miliar di semester I-2020

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan AMRT dan MIDI saat ini terdorong kebiasaan masyarakat. Selama masa pandemi Covid-19 di semester I-2020 ini turut mendorong permintaan masyarakat untuk berbelanja di toko modern. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan belanja konsumer selama semester I-2020. 

"Masyarakat yang cukup aware terhadap kebersihan dan kenyamanan berbelanja pastinya akan menghindari tempat kerumunan dan beralih ke pasar modern seperti yang dimiliki oleh AMRT dan MIDI," jelas Okie, Selasa (4/8). 

Hal ini juga akhirnya berimbas pada emiten seperti LPPF, RALS, ACES, dan MAPA. Sepanjang semester satu kemarin, kenaikan daya beli masyarakat didukung oleh konsumsi kebutuhan pokok. Terlebih lagi, gerai yang berada di pusat kota juga harus tutup karena regulasi daerah. Hal ini dapat memukul operasional bisnis maupun margin emiten.

 Baca Juga: Kinerja emiten ritel lesu sepanjang semester I 2020, ini saran analis

Masyarakat juga lebih memilih untuk belanja melalui media online dan hampir setiap emiten retail telah melakukan penjualan digital. Dengan pola masyarakat yang cenderung berbelanja kebutuhan pokok, Okie menilai bisnis retail khususnya fesyen di semester II-2020 masih akan menghadapi tekanan. Dus, Okie masih menyarankan wait and see untuk saham-saham yang bergerak di sektor ini. 

Senada, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mengatakan saat ini retail fashion atau non-pokok sangat terpukul pandemi Covid-19 yang menyebabkan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan konsumen lebih mengutamakan bahan-bahan pokok (staple). 

Apalagi secara historis di kuartal II-2020 biasanya menjadi motor pendongkrak kinerja karena adanya musim lebaran. Sedangkan di kuartal dua tahun ini momen Lebaran menghilang dan tidak bisa mendongkrak kinerja. 

Kondisi tersebut yang mendorong mendorong kinerja AMRT dan MIDI lebih stabil. "Walaupun diperdagangkan di bursa sayangnya kurang likuid," jelasnya. 

Baca Juga: Kinerja terdampak PSBB, ini rekomendasi saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS)

Dus Zamzami juga merekomendasikan investor untuk wait and see di saham-saham retail sambil memantai kejelasan mengenai pembatasan sosial dan jumlah peningkatan kasus. Selain itu investor juga perlu memantau kondisi pasca pembukaan ekonomi apakah bisa cukup mendongkrak penjualan retail. 

Memang, lanjut Zamzami, ekspektasi pasar menunjukkan retail yang bersifat non-pokok atawa fesyen akan pulih perlahan di kuartal tiga dan empat tahun ini. Tetapi untuk hingga penghujung tahun proyeksi kinerjanya masih akan lebih lemah dibandingkan 2019. 

"ERAA dan ACES mungkin lebih baik dari LPPF, MAPI dan RALS secara kinerja. Tetapi sudah lumayan rally dan nampaknya sudah priced-in dan fairly valued di kisaran harga sekarang," kata Zamzami. 

Baca Juga: Midi Utama Indonesia (MIDI) meraup laba bersih Rp 103,19 miliar di semester I-2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×