kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sektor properti masih dibayangi kenaikan suku bunga Fed


Rabu, 14 Februari 2018 / 22:31 WIB
Sektor properti masih dibayangi kenaikan suku bunga Fed
ILUSTRASI. Sektor properti


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski saham emiten properti mulai rebound pada tahun ini, namun sektor ini masih menghadapi tantangan dari pasar global.

Seperti diketahui, sejak awal 2018 hingga Rabu (14/2) alias year to date, indeks sektor properti, real estate, dan building construction tumbuh 8,05%. Pertumbuhan ini di atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 3,76%. Padahal, tahun lalu, indeks sektor ini sempat menjadi pemberat dengan penurunan 4,31%.

Achmad Yaki, analis BCA Sekuritas menilai, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan menjadi trigger tambahan untuk sektor ini. Begitu pula, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Menurutnya, rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat alias Fed Funds Rate (FFR) bisa jadi sentimen negatif. Sebab, jika The Federal Reserve menaikkan suku bunga, maka kurs rupiah bisa melemah.

Ahmad menyebut, saham properti yang punya potensi pertumbuhan bagus diantaranya yang memiliki segmen menengah ke bawah. Sebab, selain lebih terjangkau, pembeli rumah pertama akan menjadi driver.

Emiten seperti CTRA dan SMRA diproyeksi akan lebih diuntungkan. Walaupun, PPRO juga memiliki segmen yang sama, tapi PPRO tidak memiliki land bank yang banyak. "Jadi harus joint venture dengan pemilik lahan," katanya.

Dari beberapa saham properti, Achmad merekomendasikan saham CTRA dan SMRA. Sebab kedua emiten tersebut banyak memiliki produk properti residensial. Dia merekomendasikan buy on weakness saham CTRA pada range Rp 1.235-Rp 1.265 dengan target harga Rp 1.300-Rp 1.360. Stop loss jika break Rp 1.215.

Achmad juga merekomendasikan buy on weakness saham SMRA dengan range entry sekitar Rp 1.090-Rp 1.130. dengan target harga Rp 1.190-Rp 1.205, dan stop loss jika break level Rp 1.060.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×