kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor manufaktur lesu, bagaimana nasib sahamnya?


Senin, 20 April 2020 / 19:53 WIB
Sektor manufaktur lesu, bagaimana nasib sahamnya?
ILUSTRASI. Mendorong Kembali Sektor Manufaktur


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur diperkirakan masih akan lesu  mengingat sampai hari ini aktivitas masih cenderung menurun. Alhasil, saham sektor manufaktur juga diperkirakan akan mengikuti pergerakan sektornya yang masih melemah.

Asal tahu saja, survei IHS markit menunjukkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2020 sebesar 45,3. Padahal pada bulan Februari, PMI manufaktur masih berada di atas level 50 yakni 51,0. 

IHS markit memprediksi pelemahan masih akan terjadi di kuartal II tahun ini. Asal tahu saja, pada kuartal I 2020, rata-rata PMI manufaktur 48,8. Adapun penurunan terjadi dipicu upaya menangani penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Kadin menilai stimulus fiskal memberikan dampak positif ke sebagian perusahaan saja

Analis Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai PMI manufaktur yang menurun pada Maret bukan hal yang mengejutkan bagi pasar. Sebab, pasar telah berekspektasi bahwa COVID-19 mempengaruhi kondisi ekonomi, apalagi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

"Ketika supply chain terganggu, pasti angka PMI manufaktur juga ikut terganggu," kata Alfred ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/4). 

Ia menambahkan, kinerja sektor manufaktur memang masih akan berat ke depan. Dari sisi pendapatan emiten akan terkoreksi karena adanya penurunan permintaan. Adapun tekanan akan lebih terasa untuk emiten yang mengandalkan bahan baku impor. Sebab, kegiatan produksinya bergantung pada kondisi negara pengimpornya. Ia mencontohkan emiten yang bergerak di sektor pengemasan dan kimia.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan penurunan PMI Manufaktur dipicu oleh kebanyakan orang yang mengurangi aktivitas dan permintaan secara menyeluruh. 

"Semua emiten masih bisa bertahan, tentunya dengan efisiensi-efisiensi yang mereka lakukan," jelas Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/4). 

Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan untuk sektor manufaktur, tambah Alfred, masih ada emiten-emiten yang memiliki prospek yang baik karena ditopang oleh permintaan yang solid. Ia mencontohkan PT  Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). 

Sekadar informasi, indeks manufaktur sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Senin (20/4) terkoreksi hingga 26,54%. Adapun indeks ini mencerminkan kinerja harga seluruh saham yang berada di tiga sektor yaitu Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi. 

Melihat pergerakan saham per sub sektornya, aneka industri mencatatkan penurunan paling dalam hingga 41,62%. Setelahnya disusul oleh sektor industri dasar dan kimia yang menurun hingga 33,85% ytd. Penurunan paling mini dicatatkan oleh sektor barang konsumsi hingga 16,96% ytd. 

Baca Juga: IHSG naik 3,44% ke 4.634,82 di akhir perdagangan Jumat (17/4)

Reza menjelaskan, di tengah kondisi seperti saat ini pelaku pasar berasumsi permintaan akan makanan hingga produk kesehatan cenderung meningkat. Hal inilah yang mempengaruhi pergerakan saham di subsektor barang konsumsi.

"Maka dari itu, aksi beli kembali terjadi," jelasnya. 

Ia menambahkan untuk sektor aneka industri koreksi dalam terjadi karena saham PT Astra International Tbk (ASII) yang berkapitalisasi pasar besar turun dalam hingga 46,82% secara ytd. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×