Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Infrastruktur (IDX Infra) mengalami pelemahan sejak awal tahun 2025. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks ini turun 5,72% secara year to date (ytd).
Pengetatan anggaran pemerintah menjadi salah satu faktor yang menekan pergerakan saham sektor infrastruktur.
Pemerintah memangkas pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp 81,3 triliun sebagai bagian dari kebijakan efisiensi anggaran kementerian dan lembaga.
Dengan demikian, alokasi anggaran Kementerian PU pada 2025 hanya tersisa Rp 29,57 triliun dari sebelumnya Rp 110,95 triliun.
Baca Juga: Sektor Properti Tersengat Sentimen Positif Penurunan BI Rate, Cek Rekomendasi Analis
Pengurangan anggaran ini berdampak pada beberapa proyek infrastruktur, termasuk proyek sumber daya air, jaringan irigasi, serta pembangunan jalan dan jembatan. Akibatnya, kinerja emiten sektor infrastruktur, khususnya di segmen konstruksi, berpotensi melambat.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, mengungkapkan bahwa sektor infrastruktur sempat menguat pada awal Januari 2025, namun kemudian mengalami pelemahan signifikan pada akhir Januari hingga awal Februari.
Ia menambahkan bahwa pelemahan ini tidak hanya terjadi pada sektor infrastruktur, tetapi juga pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan.
Baca Juga: Emiten Ritel Ini Diproyeksi Bukukan Kinerja Apik di 2024, Cek Rekomendasi Analis
Selain itu, pelemahan IDX Infra juga dipengaruhi oleh turunnya harga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang memiliki bobot besar dalam indeks ini.
Saham BREN anjlok 24,26% sejak awal tahun, seiring dengan gagalnya emiten ini masuk ke dalam indeks MSCI, yang meningkatkan tekanan jual pada saham tersebut.
Sektor Telekomunikasi Lebih Resilien
Di sisi lain, sub-sektor telekomunikasi yang juga termasuk dalam IDX Infrastruktur diperkirakan memiliki kinerja yang lebih baik.
Salah satu faktor pendukung adalah rencana merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), yang dinilai dapat memperkuat fundamental sektor telekomunikasi.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menjelaskan bahwa pelemahan IDX Infrastruktur juga dipicu oleh aksi profit taking pada saham yang sebelumnya mengalami kenaikan signifikan serta memiliki bobot besar dalam indeks.
Baca Juga: Kinerja Emiten BUMN Karya Positif di Semester I, Cek Rekomendasi Analis
Selain itu, tekanan dari sentimen negatif pasar global turut mendorong aksi jual investor asing terhadap saham-saham blue chip.
Menurut Sukarno, peluang pemulihan indeks ini masih terbuka jika suku bunga tetap rendah. Emiten di sub-sektor telekomunikasi diperkirakan akan menjadi penopang utama indeks.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa faktor pelemahan rupiah dan ketidakpastian ekonomi global masih berpotensi memberikan tekanan.
Sukarno merekomendasikan hold untuk saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 2.800 per saham. Sementara itu, Ekky Topan merekomendasikan PT Indosat Tbk (ISAT) dan EXCL dengan target harga masing-masing Rp 3.000 dan Rp 2.600 per saham.
Selanjutnya: Pemerintah Tambah Insentif untuk Menjaga Daya Beli Masyarakat
Menarik Dibaca: 5 Ciri-Ciri Rambut Sehat, Salah Satunya Mudah Disisir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News