kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.080   -83,96   -1,17%
  • KOMPAS100 1.055   -15,18   -1,42%
  • LQ45 826   -11,60   -1,38%
  • ISSI 212   -3,57   -1,65%
  • IDX30 424   -5,54   -1,29%
  • IDXHIDIV20 506   -9,70   -1,88%
  • IDX80 121   -1,59   -1,30%
  • IDXV30 125   -1,09   -0,87%
  • IDXQ30 140   -2,34   -1,64%

Sentimen Masih Beragam, Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Properti


Kamis, 05 Desember 2024 / 19:58 WIB
Sentimen Masih Beragam, Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Properti
ILUSTRASI. Kinerja emiten sektor properti masih dibayangi sejumlah sentimen yang membuat industri properti menghadapi ketidakpastian.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor properti masih dibayangi sejumlah sentimen yang membuat industri properti menghadapi ketidakpastian.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IDX Properties & Real Estate naik 8,86% sejak awal tahun alias year to date (YTD). 

Di sisi lain, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp 5,27 triliun untuk tahun 2025. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk dukungan manajemen kementerian hingga program 3 juta rumah besutan Presiden Prabowo Subianto.

Sayangnya, sentimen negatif juga masih membayangi sektor properti. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal III 2024 hanya tumbuh 1,46% secara tahunan alias year on year (YoY). Pertumbuhannya melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,76% YoY.

Baca Juga: Saham Blue Chip Bakal Menguat hingga Akhir Tahun 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya

Tertekan kenaikan PPN

Di sisi lain, pajak pertambahan nilai (PPN) yang naik menjadi 12% di tahun 2025 dianggap bisa menurunkan minat masyarakat dalam membeli properti. Sementara, suku bunga BI juga masih tinggi dan belum dipastikan akan segera turun.

PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) pun menganggap kenaikan PPN 12% akan berdampak pada meningkatnya harga jual properti, karena terdapat kemungkinan kenaikan biaya konstruksi. 

“Namun, apabila stimulus PPN ditanggung pemerintah (DTP) yang diberikan pemerintah tetap dijalankan di tahun depan, konsumen pembeli rumah akan sangat terbantu,” ujar Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo kepada Kontan, Kamis (5/12).

Untuk menjaga kinerja masih baik di tengah sentimen-sentimen tersebut, MTLA akan terus melihat kebutuhan pasar utk hunian dan beradaptasi dengan perubahan.

“Angka marketing sales tahun 2025 masih dalam proses penyusunan, namun MTLA tetap menargetkan pertumbuhan di tahun 2025 dengan meneruskan proyek berjalan,” paparnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, para emiten properti masih mencetak raihan pendapatan prapenjualan alias marketing sales yang baik hingga kuartal III 2024. Hal tersebut mencerminkan ada permintaan yang masih baik di tengah masih tingginya tingkat suku bunga BI.

“Namun, peluang penurunan suku bunga BI masih terbuka. Ini demi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8%,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).

Sejumlah sentimen positif yang memengaruhi kinerja emiten properi ke depan adalah adanya program 3 juta rumah dan potensi perpanjangan insentif PPN DTP.

“Hal itu bisa meningkatkan raihan marketing sales para emiten properti. Peluang penurunan suku bunga BI juga akan memberikan likuuiditas tambahan di sektor properti,” ujar Nafan.

Baca Juga: Pakuwon Jati (PWON) Genjot Marketing Sales di Sisa Tahun 2024

Rekomendasi saham

Nafan pun merekomendasikan accumulate buy untuk CTRA, BSDE, dan PWON dengan target harga masing-masing Rp 1.170 per saham, Rp 1.170 per saham, dan Rp 670 per saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer melihat, kinerja emiten properti pada akhir tahun 2024 menunjukkan hasil yang beragam. 

sektor properti kawasan industri mengalami pertumbuhan signifikan, didorong oleh tingginya realisasi investasi asing (PMA) serta insentif pajak seperti tax holiday yang diperpanjang hingga 2025. 

Emiten seperti SSIA dan KIJA mencatat kenaikan harga saham masing-masing sebesar 132% dan 53% YTD yang menunjukkan apresiasi investor terhadap kinerja mereka. 

“Sebaliknya, emiten  properti residensial menghadapi tantangan, seperti kenaikan harga bahan bangunan, suku bunga yang masih tinggi, dan rencana kenaikan PPN menjadi 12% di tahun 2025,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).

Secara keseluruhan, meskipun terdapat tekanan dari kondisi ekonomi global dan domestik, sentimen positif masih ada, seperti kemungkinan penurunan suku bunga BI dapat memberikan peluang pemulihan di akhir tahun 2024.

Baca Juga: Duh! 41 Juta Generasi Sandwich Belum Punya Rumah, Mayoritas Milenial dan Gen Z

Di sisi lain, IDX Properties & Real Estate sebagai indeks sektor properti di bursa saham menunjukkan kinerja positif sepanjang 2024. 

“Namun, keberlanjutan tren ini akan sangat tergantung pada arah kebijakan suku bunga, serta kebijakan insentif pemerintah dan performa bisnis dari emiten emiten properti,” paparnya.

Miftahul pun merekomendasikan trading buy untuk GRPA dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 100 per saham dan Rp 580 per saham. Sementara, rekomendasi buy on breakout diberikan untuk KIJA dengan target harga Rp 208 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×