Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pasar tengah menunggu pengumuman kabinet yang dibentuk oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Ini bisa menjadi sentimen positif yang menggerakkan bursa saham. Wajar jika manajer investasi (MI) mulai mengatur ulang portofolio aset dasar reksadana yang dikelola.
Pemerintahan baru diharapkan bisa mendorong kinerja sejumlah sektor saham yang berkaitan dengan visi dan misi Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun dalam masa transisi pemerintahan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal fluktuatif dan baru naik jika presiden terpilih mengumumkan jajaran kabinetnya.
Sejak pembacaan putusan sengketa pemilihan presiden oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada 21 Agustus hingga akhir pekan lalu (29/8), kinerja IHSG terkoreksi sebanyak 1,33% menjadi 5.136,86. Dalam situasi ini, sejumlah MI masuk ke saham-saham dari sektor yang bakal diuntungkan oleh pemerintahan baru, terutama sektor infrastruktur.
Director of Investment PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Alvin Pattisahusiwa mengatakan pembangunan infrastruktur merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintahan baru nanti. Hanya, Alvin bilang, pemerintah bisa terkendala masalah sumber pendanaan jika tidak mulai mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Selain infrastruktur, kami juga melihat potensi di sektor teknologi informasi,” tambah Alvin. Ia mengatakan emiten sektor ini berpeluang mencetak kinerja positif lantaran sejumlah program baru Joko Widodo seperti e-government, e-catalog dan e-budgetting. Jadi pemerintah bakal membutuhkan jasa emiten sektor teknologi informasi untuk mewujudkan rencana tadi. Di sisi lain, MAMI juga melihat masih ada potensi perbaikan kinerja di sektor properti.
Direktur PT Panin Asset Management (PAM), Ridwan Soetedja mengatakan saat ini PAM mempunyai tiga sektor pilihan, yakni infrastruktur, perbankan dan konsumer. Untuk sektor perbankan, ada dua kelebihan yang dimiliki. Pertama, sejak dulu pendapatan emiten sektor perbankan tidak terpengaruh oleh laju inflasi. “Inflasi setinggi apapun margin mereka tetap sama,” ungkap Ridwan.
Kedua, pembangunan infrastruktur oleh pemerintah baru nanti tetap membutuhkan perbankan sebagai sumber pembiayaan. Sehingga emiten sektor perbankan ikut kecipratan untung dari pembangunan infrastruktur.
“Untuk sektor konsumer, masih ada potensi pada kuartal IV tahun ini,” ujar Ridwan. Ia menegaskan selama tahun pemilu tahun 2004 dan 2009, tingkat konsumsi domestik cenderung lebih tinggi pada kuartal IV dibanding tiga kuartal sebelumnya. Sehingga Ridwan meyakini pola ini akan terulang pada kuartal IV-2014 sehingga menguntungkan kinerja sektor konsumer.
Return reksadana
Chief Investments Officer PT Eastspring Investments Indonesia, Ari Pitojo mengatakan, pemerintah baru nanti paling tidak punya tiga pekerjaan rumah, yakni pembangunan infrastruktur, pembangunan manusia dan jaminan kesehatan. Sektor-sektor itu akan diuntungkan dan menjadi pilihan menarik. Tapi menurutnya, Eastspring tidak pernah mengincar sektor tertentu secara khusus.
Menurut Ari, pertimbangan yang utama bukanlah soal sektor saham, melainkan emiten itu sendiri. “Sektor saham itu tidak bisa dijadikan patokan. BI rate tahun lalu naik, tapi kita lihat sektor saham properti justru ikut naik, logikanya turun karena penjualan jadi melambat,” ujar Ari.
Analis PT Infovesta Utama, Viliawati menambahkan berjalannya pemerintahan baru nanti, paling tidak bakal menguntungkan emiten sektor properti dan infrastruktur. “Tapi sektor properti perlu diwaspadai, mengingat valuasinya sudah relatif tinggi pada semester I- 2014 dan potensi kenaikan suku bunga yang bisa memperlambat kinerja sektor ini,” ujar Viliawati.
Infovesta Utama memprediksi, dengan skenario IHSG bisa mendaki hingga ke 5.350 di penghujung tahun ini, imbal hasil tahunan reksadana saham akhir tahun 2014 bisa mencapai 28%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News