CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.864   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.154   -60,74   -0,84%
  • KOMPAS100 1.093   -9,20   -0,83%
  • LQ45 871   -4,59   -0,52%
  • ISSI 216   -2,25   -1,03%
  • IDX30 446   -2,02   -0,45%
  • IDXHIDIV20 540   -0,02   0,00%
  • IDX80 125   -1,09   -0,86%
  • IDXV30 136   0,18   0,13%
  • IDXQ30 149   -0,27   -0,18%

Sektor CPO mulai siuman, konstruksi siap melaju


Senin, 03 November 2014 / 07:00 WIB
Sektor CPO mulai siuman, konstruksi siap melaju
ILUSTRASI. Dengan implementasi ekspor CPO melalui bursa berjangka di Indonesia, akan terbentuk referensi harga.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Narita Indrastiti, Veri Nurhansyah Tragistina, Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Sebagian emiten di Bursa Efek Indonesia telah mengumumkan kinerja keuangan kuartal III 2014. Hasilnya, mayoritas sektor bisnis meredup, hanya sektor perkebunan yang tahun ini mulai bangkit.

Kinerja keuangan emiten perkebunan cukup mentereng. Tidak ada emiten yang membukukan kinerja negatif, kecuali PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP), yang menderita rugi bersih Rp 49 miliar. Rata-rata laba bersih emiten produsen CPO menanjak hingga 79%. 

Emiten sektor tambang batubara belum mampu bangkit dari keterpurukan. Hal ini lantaran harga batubara menyusut 25% year to date menjadi US$ 63 per ton. Hanya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 27,21% year on year menjadi Rp 1,58 triliun di kuartal III 2014.

Meski emiten perkebunan berkinerja bagus di sembilan bulan tahun ini, prospek sahamnya masih abu-abu. Fluktuasi harga CPO di pasar internasional menjadi pangkal persoalan. Harga CPO sempat menyentuh level tertinggi, yakni MYR 3.000 per ton pada Maret lalu. Namun, harga komoditas ini kembali menyusut ke  sekitar MYR 2.000 per ton pada September lalu.

Kinerja saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dua emiten perkebunan kelompok  LQ45, tak mampu berkibar. Harga saham LSIP hanya tumbuh 0,78% setahun terakhir atau year-to-date (ytd). Bahkan, harga saham AALI minus 6,37% (ytd).

Bisnis infrastruktur berpotensi berkibar pada tahun depan. Pemicunya apalagi kalau bukan rencana pemerintah menggenjot proyek infrastruktur.

Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities, berharap, pemerintah akan merealisasikan program percepatan pembangunan infrastruktur dalam negeri. Hal ini menjadi sentimen positif bagi emiten sektor konstruksi. Salah satu pendongkrak proyek infrastruktur adalah rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). "Potensi tambahan dana dari subsidi BBM bisa dialihkan ke pembangunan infrastruktur," ujar Thendra. 

Emiten konstruksi BUMN seperti Wijaya Karya (WIKA), Waskita Karya (WSKT) dan PT PP (PTPP) bakal mendapatkan banyak kontrak baru tahun depan, khususnya dari proyek pemerintah. 

Industri semen akan mendapatkan manfaat dari gencarnya proyek infrastruktur. Analis MNC Securities Reza Nugraha menerka, proyek infrastruktur dapat mendongkrak penjualan semen sebesar 9% pada tahun depan.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×