kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Sektor Consumer Non-Cyclicals Diproyeksikan Bertumbuh, Begini Prospeknya


Rabu, 19 Juni 2024 / 19:27 WIB
Sektor Consumer Non-Cyclicals Diproyeksikan Bertumbuh, Begini Prospeknya
ILUSTRASI. Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, saham defensif menjadi pilihan yang tepat bagi investor.


Reporter: Muhammad Musa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, saham defensif menjadi pilihan yang tepat bagi investor. Salah satunya adalah saham-saham yang tergolong dalam sektor consumer non cyclicals atau barang konsumen primer.

Dalam perdagangan sepekan lalu, seluruh sektor di bursa menunjukkan pelemahan. Adapun sektor konsumen primer melemah 1,58%. Pelemahan sektor ini hanya lebih besar setelah sektor infrastruktur dan kesehatan dengan pelemahan masing-masing 0,12% dan 0,65%.

Adapun per hari ini, Rabu (19/6) sektor konsumen primer justru melemah sebesar 0,99%

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, di antara sektor yang paling difavoritkan oleh investor meliputi sektor energi, barang baku, kesehatan, teknologi, dan konsumsen primer pada pekan lalu, Jumat (14/6).

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.726 Hari Ini (19/6), BBRI, BBCA, BMRI Paling Banyak Net Sell Asing

Menurut dia, saham-saham konsumen primer terakumulasi baik oleh pelaku pasar. Hal ini seiring dengan kinerja perekonomian di kuartal II-2024 yang diproyeksikan positif secara kuartalan atau quarter on quarter (QoQ).

“Proyeksinya akan lebih positif bila dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang cenderung negatif,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (19/6).

Di sisi lain, hal ini ditunjang oleh faktor peningkatan kinerja Retail Sales Index (RSI) bersamaan dengan adanya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tengah dalam tren konsisten di atas level 100. Hal ini memberikan sinyal atas ekonomi yang cenderung membaik serta membangkitkan optimisme bagi pelaku pasar.

Lebih lanjut, Nafan melihat, berdasarkan Global Economic Prospect oleh Bank Dunia bahwa Indonesia diproyeksikan akan tumbuh di angka 5% dan 5,1% pada tahun 2024 dan 2025.

Baca Juga: IHSG Turun 0,12% ke 6.726 Rabu (19/6), ARTO, TLKM, INCO Top Gainers LQ45

Kenaikan tingkat konsumsi juga didukung oleh pengeluaran pemerintah atas agenda pemilihan umum (pemilu). Prospek ke depan akan cenderung baik apabila dikombinasikan dengan sentimen potensi penerapan pelonggaran kebijakan moneter.

Suku bunga yang lebih rendah akan meningkatkan kredit konsumsi. Suku bunga yang lebih rendah juga akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan belanja dan tidak banyak menabung.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menuturkan, tidak semua saham konsumen primer menjadi saham alternatif di tengah fluktuasi pasar. Dia berpandangan, pelaku pasar harus mencermati berbagai sentimen yang mempengaruhi kinerja keuangannya.

Menurut dia, saat ini beberapa saham di sektor konsumen primer masih menunjukkan tren turun dan tren sideways. Selain itu, saham sektor konsumen primer juga cenderung memiliki sentimen negatif seperti pelemahan rupiah.

Katalis negatif lainnya seperti penurunan daya beli masyarakat sehingga ada potensi tekanan pada kinerja keuangan emiten seperti ICBP, MYOR, dan UNVR.

Baca Juga: Saham Tak Likuid Bisa Masuk Papan Khusus Lebih Cepat

Di sisi lain, adanya kenaikan kinerja keuangan emiten poultry pada kuartal I-2024 ditopang oleh momentum Lebaran serta penurunan harga jagung. “Jadi perlu diperhatikan lagi sentimen yang mempengaruhi pergerakan sahamnya,” kata Azis kepada Kontan.co.id, Rabu (19/6).

Alhasil, berdasarkan alasan-alasan di atas, Azis melihat prospek saham-saham konsumen primer akan mengalami pertumbuhan yang terbatas. Dia merekomendasikan untuk trading buy pada saham JPFA dengan potensi kenaikan sebesar 6%.

Sedangkan, Nafan merekomendasikan untuk accumulative buy pada saham UNVR dan INDF masing masing dengan target harga Rp 3.390 per saham dan Rp 6.250 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×