kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor Barang Baku Kembali Melandai, Saham Mana Saja yang Masih Layak Koleksi?


Kamis, 26 Oktober 2023 / 20:45 WIB
Sektor Barang Baku Kembali Melandai, Saham Mana Saja yang Masih Layak Koleksi?
ILUSTRASI. Usai berlari kencang pada kuartal ketiga, laju saham di sektor barang baku (basic materials) kembali tersendat. Tribunnews/Jeprima


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai berlari kencang pada kuartal ketiga, laju saham di sektor barang baku (basic materials) kembali tersendat. Kurangnya dorongan dari katalis eksternal dan pelemahan pada sejumlah saham big cap menjadi pemberat sektor ini.

Dalam indeks sektoral, IDX basic materials menutup semester I-2023 dengan posisi minus 18,35%. Lalu, melaju kencang hingga berbalik mencetak kinerja positif 7,14% per kuartal III. Namun sampai perdagangan Kamis (26/10), posisinya kembali merah, minus 1,05% secara year to date.

Sektor barang baku sebelumnya terdongkrak oleh lonjakan harga saham big cap seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Laju AMMN memang masih terjaga. Beda nasib dengan BRPT yang sudah merosot tajam.

Baca Juga: IHSG Anjlok 1,75% ke 6.714 Pada Kamis (26/10), TOWR, MAPI, GOTO Jadi Top Losers LQ45

Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati saham BRPT terkena aksi profit taking. Sebelumnya, BRPT terangkat oleh sentimen Bursa Karbon dan IPO anak usahanya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Pasar memandang momentum dan sentimen tersebut telah pudar. 

"Sekarang semua sentimen sudah terealisasi. Aksi profit taking biasa terjadi pada saham-saham yang sudah naik tinggi," kata William kepada Kontan.co.id, Kamis (26/10).

Begitu juga untuk saham AMMN. Meski tidak merosot tajam, tapi William melihat ada indikasi jenuh beli dan mengarah ke sideways. Di samping faktor teknikal, katalis eksternal yang kurang kondusif turut memegang peranan penting.

Equity Research Jasa Utama Capital Sekuritas Samuel Glenn Tanuwidjaja menyoroti minimnya sentimen positif yang dapat menopang kinerja emiten barang baku, terutama pada emiten tambang logam. Apalagi, pemulihan ekonomi di China yang masih relatif lambat berdampak pada rantai industri manufaktur.

Sebagai salah satu konsumen terbesar, kondisi permintaan China berdampak bagi tingkat harga komoditas tambang semacam nikel, tembaga dan timah. Situasi ini ikut menahan ketertarikan investor terhadap saham-saham tambang logam seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Timah Tbk (TINS).

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda menambahkan, tekanan pada saham sektor barang baku diperparah dengan kondisi pasar saham secara umum yang sedang menurun. Namun ketika situasi pasar sudah lebih kondusif, Vicky melihat ada potensi kenaikan saham sektor barang baku di penghujung tahun 2023.

"Prospek kinerja dan pergerakan sahamnya masih memiliki potensi naik, karena menjelang akhir tahun akan ada banyak permintaan seperti kebutuhan barang dan produksi," sebut Vicky.

Baca Juga: BEI Lakukan Rebalancing Indeks, Simak Rekomendasi Sahamnya

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Daniel Widjaja sepakat, sektor barang baku tak sepenuhnya suram. Ada segmen bisnis yang diprediksi punya kinerja apik, seperti pada emiten semen. Tercermin dari performa penjualan semen nasional yang mencapai 17,9 juta ton pada kuartal III-2023, tumbuh 4,8% secara tahunan.

Megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) ikut mendongkrak industri semen. Kondisi ini menjadi angin segar bagi dua raksasa emiten semen yakni PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Daniel memprediksi SMGR dan INTP bakal membukukan kinerja top line dan bottom line yang positif dalam laporan kuartal III-2023. Dus, dia menyematkan rekomendasi buy saham SMGR dan INTP dengan target harga masing-masing di Rp 7.925 dan Rp 12.625. 

Vicky turut menyarankan beli saham SMGR dan INTP. Selain itu, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga masih layak koleksi. 

Vicky menyarankan hold untuk saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Rekomendasi lainnya, buy on weakness saham INCO dan taking profit terlebih dulu bagi saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). 

Sementara itu, Samuel menilai saham BRPT dan ANTM bisa dipertimbangkan untuk trading buy. Bagi investor yang mengikuti prospek pengembangan proyek-proyek INCO, sahamnya masih layak koleksi dengan strategi buy atau hold.

Sedangkan secara teknikal, William menyematkan rekomendasi buy terhadap saham ANTM, SMGR, TPIA dan MBMA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×