Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing diperkirakan masih akan masuk ke Indonesia. Meski begitu, volatilitas ekonomi global dapat membatasi jumlah aliran dana asing.
Fixed Income Analyst Pefindo, Ahmad Nasrudin, mengatakan, pasar mengekspektasikan bank sentral dunia akan mulai melunakkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga pada 2024.
Meski begitu, ia menilai masih ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan karena bisa berdampak pada pasar Surat Utang Negara (SUN).
Pertama, ekses suku bunga ekstra tinggi terhadap perekonomian. Dijelaskan, suku bunga tidak serta merta akan turun drastis pada tahun depan.
Menurutnya, ada risiko tersembunyi yang masih perlu untuk terus diwaspadai akibat suku bunga ekstra tinggi saat ini seperti yang terjadi sebelumnya. Misalnya kolaps-nya bank-bank besar AS seperti Silicon Valley Bank dan melonjaknya beban utang.
Baca Juga: BI: Dana Asing Masuk Rp 6,82 Triliun pada Pekan Kedua Desember 2023
Ia melihat lonjakan beban utang pada tahun depan menjadi perhatian tersendiri oleh berbagai Lembaga pemeringkat internasional karena dengan nilainya yang cukup besar.
"Hal ini bisa memperbesar risiko yang perlu dihadapi korporasi di tahun depan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (16/12).
Selain itu, suku bunga ekstra tinggi saat ini juga bisa memaksa pelemahan ekonomi global, yang mana berdampak pada pelemahan ekspor dan tertekannya rupiah.
Pihaknya berharap transisi ekonomi dari suku bunga tinggi ke suku bunga rendah berada pada skenario soft-landing dan bukan hardlanding.
Menurutnya, jika skenario hardlanding yang terjadi maka hal ini akan lebih menyakitkan karena biasanya disertai dengan resesi.
"Oleh karenanya, perlu berhati-hati dan mewaspadai berbagai fenomena dan perkembangan yang terjadi saat ini," paparnya.
Kedua, skenario jika suku bunga tinggi bertahan hingga mendekati akhir tahun 2024. Ahmad bilang jika perubahan stance moneter ke arah yang lebih longgar terjadi menjelang akhir 2024, yield akan cenderung bertahan di level tinggi pada waktu yang lebih lama daripada yang diekspektasikan.
Baca Juga: Tahun 2024 IHSG Diprediksi Tembus 8.000, Cek Saham yang Perlu Dilirik Dari Sekarang
Kondisi itu dinilai menciptakan ketidakpastian yang lebih besar. Pada satu sisi, suku bunga tinggi yang bertahan tinggi hingga mendekati akhir tahun 2024 menyebabkan peningkatan leverage dan tekanan keuangan.
Selain itu, hal ini juga berpotensi untuk melemahkan permintaan produk dan kinerja bisnis, serta pada akhirnya mempengaruhi prospek pendapatan pemerintah melalui pajak. Sebagai hasilnya, ini bisa menghasilkan ketidakpastian yang tinggi.
Jika kondisi pelemahan permintaan terjadi, maka biasanya pemerintah akan mendorong ekonomi melalui stimulus dan pengeluaran dari sisi fiskal untuk mengakselerasi ekonomi melalui efek penggandanya.