Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai, aksi emiten khususnya yang bergerak di bidang energi fosil, yang merambah segmen EBT tidak terlepas dari kondisi cadangan komoditas pertambangan yang terbatas dan tidak terbarukan (renewable). Maka dari itu, saat ini mereka mempersiapkan sarana infrastruktur EBT sehingga nanti dapat langsung dipasarkan.
Di sisi lain, dari segi permintaan, sejumlah industri juga secara bertahap mulai menggunakan sumber energinya kepada energi yang terbarukan, karena dianggap rendah emisi dan lebih murah biaya konsumsinya. “Meski saat ini, membangun infrastruktur EBT membutuhkan biaya yang sangat besar,” terang Reza kepada Kontan.co.id.
Hanya saja, penggunaan EBT saat ini dinilai belum bisa menggeser penggunaan energi fossil dalam jangka pendek. “Sejauh ini belum bisa seluruhnya tergantikan. Harus ada shifting (pergeseran) yang smooth,” sambung dia.
Baca Juga: Begini upaya Kemenperin mendorong kebijakan industri dalam pengembangan EBT
PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA), sebagai emiten yang bergerak di sektor EBT pun menilai prospek bisnis EBT akan semakin baik ke depan. “Tetapi untuk tahun 2021 mungkin masih dalam tahap recovery dari pandemi,” terang Wakil Direktur Utama TGRA Christin Soewito.
Christin tidak menampik, untuk saat ini masih sulit mendapatkan pendanaan di sektor EBT dikarenakan secara global masih terkena dampak pandemi. Tetapi diharapkan pendanaan untuk segmen ini akan membaik di masa mendatang.
Baca Juga: Proyek PLTM Madong diharapkan mulai berkontribusi ke pendapatan KEEN tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News