Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten properti di tahun 2024 diprediksi akan terkerek dari progres proyek pembangunan IKN. Sejumlah emiten properti memang tengah menggarap proyek di IKN. Misalnya, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang mengaku ikut serta dalam proyek pembangunan IKN.
Melansir keterbukaan informasi, Senin (1/1), PANI melakukan investasi dalam bentuk penyertaan saham minoritas melalui perusahaan asosiasi yaitu PT Kusuma Putra Alam (KPA) yang berkedudukan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan.
Investasi yang dilakukan oleh PANI pada PT KPA sebesar Rp 50 miliar. Sehingga, porsi kepemilikan PANI di KPA sebesar 11,12% dari total modal disetor PT KPA. Investasi tersebut diakui PANI tidak membawa dampak material terhadap PANI.
“Dengan dilakukannya investasi ini, PANI melihat peluang investasi yang dapat menambah valuasi PANI di waktu mendatang dan IKN merupakan salah satu destinasi baru untuk investasi di bidang properti,” ujar manajemen PANI dalam keterbukaan informasi.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Emiten Properti dari Analis Berikut Ini
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga tampak ikut masuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara. Bulan November 2023, PWON memulai pembangunan superblok bernama “Pakuwon Nusantara” yang berada di di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dengan nilai investasi sebesar Rp 5 triliun.
Proyek pembangunan superblok Pakuwon Nusantara memiliki lahan seluas 7,2 hektare berlokasi strategis di Kawasan Sumbu Kebangsaan dan tepat di depan tugu Titik Nol.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga tengah dalam proses membangun proyek hunian di IKN. CTRA tengah melakukan proses feasibility studies (FS) proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) di IKN.
“Sedang proses FS proyek KPBU di IKN, membangun hunian untuk ASN. (Bentuknya) rumah tapak dan rumah susun,” ujar Direktur Ciputra Development Harun Hajadi kepada Kontan, Jumat (29/12).
Harun memaparkan, CTRA akan memulai 1-2 proyek baru di tahun 2024. Fokus pembangunan CTRA saat ini adalah rumah tapak.
“CTRA portofolio terbesarnya adalah proyek-proyek rumah tapak, ada di lebih dari 35 kota seluruh Indonesia,” paparnya.
Pada tahun 2024, kata Harun, CTRA kemungkinan besar tidak berniat untuk melakukan aksi korporasi. Perseroan hanya akan fokus mengembangkan proyek-proyek eksisting dan baru.
Baca Juga: Harga Nikel Turun 45% Tahun 2023, Intip Rekomendasi Saham Emiten Nikel Selanjutnya
“Fokus kami adalah mengembangkan proyek (eksisting) dan proyek baru. Corporate action itu kami jarang sekali (melakukan) dan belum dirasakan ada kebutuhan,” kata Harun.
Tim Analis Sucor Securitas mengatakan, pemindahan ibu kota tak akan berdampak negatif pada masa depan ibu kota terdahulu.
Bahkan, mantan ibu kota bisa menjadi pusat bisnis yang menggerakkan roda perekonomian dengan lebih kuat dibandingkan ibu kota baru.
“Dari studi kasus di Brazil dan Malaysia, harga real estate di ibu kota terdahulu mereka juga cenderung masih meningkat, bahkan seusai pemindahan,” ujar Tim Analis Sucor Securitas dalam riset tertanggal 12 Desember 2023.
Oleh karena itu, Tim Analis Sucor Securitas masih optimistis melihat kinerja sektor properti ke depan. Ada beberapa sentimen pendorong kinerja sektor properti.
Pertama, tingkat urbanisasi konstan meningkat 1,5% CAGR selama 22 tahun terakhir. Kedua, under-penetrated mortgage di Indonesia sebesar 4% dari PDB.
“Ketiga, peningkatan PDB per kapita di Indonesia diprediksikan mencapai US$ 6.100 pada tahun 2027. Keempat, terdapat 12,7 juta backlog perumahan di Indonesia,” paparnya.
Tim Analis Sucor Securitas pun merekomendasikan beli untuk CTRA dan BKSL dengan target harga masing-masing Rp 1.812 dan Rp 122 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News