Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
Kinerja bisa lebih moncer
Analis menyebut ada dua cara bagi emiten untuk memutar haluan bisnis. Pertama, mengintegrasi bisnis dan memperluas cakupan bisnis.
Kedua, sepenuhnya pindah haluan bisnis. KREN memilih opsi pertama. Bisnis perusahaan ini masih berada pada sektor jasa keuangan. Tapi KREN menaikkan cakupan bisnis menjadi holding dengan masuk ke sektor financial technology.
Bisnis financial technology ini memang sedang hangat-hangatnya. "Jadi, ini peluang untuk mendukung bisnis utama," ujar analis Panin Sekuritas Frederik Rasali kepada KONTAN akhir pekan lalu, Jumat (23/9).
Lewat pergantian bidang usaha, emiten berharap fundamental perusahaan jadi lebih oke. Perubahan usaha ini bisa membuahkan hasil asal arah bisnisnya jelas. Contoh, MYRX yang bergerak di sektor tekstil. Banyak pelaku industri ini akhir kolaps.
MYRX pun pindah ke sektor tambang. Tapi, sektor ini pun melorot sekitar tahun 2013. MYRX hanya mencetak laba Rp 0,2 miliar. Padahal 2011, MYRX masih mampu mencetak laba Rp 102 miliar.
Perlahan tapi pasti, kinerja MYRX membaik setelah masuk ke bisnis properti. Di 2014, emiten ini mulai mencetak laba bersih Rp 1,4 miliar, disusul Rp 19,82 miliar tahun selanjutnya. Pertengahan tahun ini, laba bersih MYRX mencapai Rp 318,86 miliar.
Lantas, apakah investor bisa memanfaatkan momen saat emiten sedang dalam proses pergantian bisnis untuk mengoleksi sahamnya? Jangan buru-buru. Perpindahan bisnis yang dilakukan emiten pun bisa mengundang risiko.