kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Sejumlah Direksi dan Komisaris Borong Saham Emiten, Begini Pandangan Analis


Jumat, 08 Juli 2022 / 20:17 WIB
Sejumlah Direksi dan Komisaris Borong Saham Emiten, Begini Pandangan Analis
ILUSTRASI. Sejumlah direksi dan komisaris perusahaan terbuka ramai memborong saham emiten.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah direksi dan komisaris perusahaan terbuka ramai memborong saham emiten yang dipimpin. Harga yang sedang murah dan optimisme terhadap prospek ke depan disinyalir menjadi dorongan transaksi tersebut.

Jajaran pimpinan yang belakangan ini memborong saham emitennya antara lain ada Komisaris PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rd Adi Wardhana Sariaatmadja. Dia menambah kepemilikan saham dengan tujuan investasi, jumlah saham Adi di BUKA bertambah dari sebelumnya 0,7459% menjadi 0,7497%.

Kemudian ada Direktur PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) Wahyu Andi Susilo yang menambah kepemilikan melalui transaksi pasar negosiasi di Bursa Efek Indonesia sejumlah 600 juta saham.

Dengan transaksi yang dilakukan pada 23 Juni 2022 ini, kepemilikan Wahyu bertambah dari sebelumnya 0,06% dari seluruh saham dalam WMUU menjadi 4,70% setelah transaksi.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Terancam Delisting, Investor Bisa Apa?

Selanjutnya ada Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) Bani Maulana Mulia. Dalam keterbukaan informasi pada 6 Juli 2022, Bani menambah kepemilikan dari sebelumnya 0,176% menjadi 0,181% setelah transaksi. 

Direksi PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga rajin memborong saham emiten yang bergelut di sektor energi ini. Terbaru, dalam keterbukaan informasi Jum'at (8/7) ini, Direktur AKRA Jimmy Tandyo membeli 1.476.000 sehingga kepemilikan Jimmy bertambah dari 0,17% menjadi 0,18%.

Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo sebelumnya juga telah memborong 1.311.100 saham. Dengan transaksi yang dilakukan pada 4 Juli 2022 tersebut, Haryanto memiliki 150.808.600 atau setara dengan 0,75% saham AKRA.

Baca Juga: Ini Alasan Bos Samudera Indonesia Rajin Mengoleksi Saham SMDR

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan, tak mudah menentukan momentum yang tepat untuk memborong saham. Sebab, semua akan berpulang kepada pertimbangan investasi dari masing-masing investor.

Selama investor melihat adanya potensi kenaikan, maka saat itu akan menjadi sebuah peluang. Di sisi lain, keyakinan direksi terhadap prospek bisnis emitennya ke depan menjadi satu hal yang penting.

"Saat ini secara teknikal analisa, banyak saham yang harganya mengalami penurunan. Hal ini sebagai sebuah kesempatan yang sangat baik untuk mulai melakukan akumulasi," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Jum'at (8/7).

Baca Juga: Belajar dari Strategi Investasi Warren Buffett di Tengah Kenaikan Suku Bunga The Fed

Head of Research Reliance Sekuritas Alwin Rusli menambahkan, transaksi penambahan saham yang dilakukan oleh komisaris maupun jajaran direksi sebenarnya merupakan transaksi biasa, seperti investor pada umumnya. Namun, adanya pembelian oleh "orang dalam" berpotensi untuk meningkatkan minat investor.

"Akumulasi oleh pemiliknya sendiri adalah sinyal yang baik terhadap perusahaan tersebut, karena pemilik saham adalah salah satu orang yang mengerti kemana arah perusahaan tersebut akan dibawa," ujar Alwin.

Alwin memberikan catatan, melihat perkembangan pasar di tengah kondisi ekonomi yang sedang bergejolak, pelaku pasar disarankan tetap memilah-milah saham mana yang lebih tepat untuk diinvestasikan.

Baca Juga: Keuntungan Telkom (TLKM) Investasi di GoTo Gojek Tokopedia (GOTO)

Kinerja laporan keuangan tetap menjadi hal yang mesti dicermati. "Karena meskipun nantinya pasar memburuk, namun kondisi perusahaan yang fit tetap akan mengalami rebound atau pemulihan paling cepat diantara emiten lain dengan kondisi yang kurang baik," imbuh Alwin.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana punya pandangan serupa. Direksi dan komisaris dipandang memiliki insight khusus terhadap kinerja emiten. Komisaris dan direksi yang memborong saham emitennya menjadi tanda yang baik bahwa ada keyakinan terhadap kinerja perusahaan ke depan.

Namun pelaku pasar tetap harus memahami kondisi fundamental, likuiditas, serta prospek bisnis perusahaan. "Kalau direksi atau komisaris mau beli, berarti percaya untuk investasi, karena ada insight. Maka bila bertransaksi harus disclosed ke publik, silahkan publik menilai dan mempertimbangkan informasi ini," pungkas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×