kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah analis prediksi IHSG menguat pekan depan


Minggu, 16 Desember 2018 / 21:57 WIB
Sejumlah analis prediksi IHSG menguat pekan depan
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) akan menggelar pertemuan pada pekan depan.

Sejumlah analis optimistis indeks saham akan tetap menguat usai terjadinya rapat yang digelar oleh kedua bank sentral tersebut.

Kepala riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred nainggolan memprediksi, The Fed tidak akan menaikan suku bunga acuan atau The Fed rate pada pertemuan pekan depan, alasannya karena The Fed sempat berwacana tidak lagi agresif menaikkan suku bunga.

“Kalau menurut saya The Fed tidak lagi menaikkan suku bunga di bulan Desember ini, sentimen dalam negerinya juga tidak mengesankan dari angka makronya, sehingga ruang mereka untuk menaikkan suku bunga mungkin akan terjadi di Tahun depan,” jelasnya.

Dengan prediksi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga, maka Alfred memprediksi bahwa BI juga tidak ikut serta menaikkan suku bunga acuan.

Apalagi BI sudah terlebih dahulu menaikkan suku bunga pada bulan November silam, untuk mengantisipasi kebijakan The Fed yang sebelumnya brencana untuk menaikkan suku bunga secara agresif.

Menurut Alfred, pelaku pasar saat ini tidak terlalu khawatir terhadap suku bunga, jika pun pada akhirnya The Fed kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pekan depan, tidak menutup kemungkinan BI juga melakukan hal yang serupa.

Namun, pelaku pasar dinilainya sudah menyadari bahwa langkah yang dilakukan oleh BI untuk mengantisipasi kebijakan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang dianggapnya mulai stabil setelah BI menaikkan suku bunga sebanyak 175 Bps.

“Kalau pada akhirnya The Fed dan BI akan kembali menaikkan suku bunga, tidak akan menjadi pengaruh untuk Investor, karena kalau BI menaikkan suku bunga tentu rupiah ada penopangnya dan sentimen tersebut paling berpengaruh kepada IHSG,” kata Alfred.

Dengan pertimbangannya tersebut, apabila suku bunga naik ataupun stagnan dia memprediksi pekan depan IHSG akan mengalami rebound di level 6.200.

Sementara itu Kepala riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang melihat, pada pertemuan Federal Open Market Committee pekan depan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak 25 bps, lantaran data ekonomi mereka masih baik, sehingga tidak boleh ketinggalan dari laju inflasi.

Kendati demikian, dia memprediksi BI tidak akan mengikuti The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan, lantaran saat ini nilai tukar rupiah dinilainya sudah stabil dan inflasi di tahun ini sudah terjaga di kisaran 3% - 3,5% sesuai dengan target pemerintah.

Dengan demikian, usai FOMC dan RDGI yang akan digelar oleh kedua bank central tersebut, Edwin memprediksi IHSG akan menguat pekan depan dengan level 6.100 – 6.200, apalagi selama 10 tahun terakhir pada bulan Desember IHSG selalu mengalami kenaikan disokong oleh sentimen window dressing.

“IHSG akan tetap positif jika suku bunga naik atau turun, lagian memang pelaku pasar sudah memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga lagi di Desember, jadi sudah antisipasi,” katanya.

Senada Analis Trimegah Sekuritas Rovandi menilai, The Fed dan Bank Indonesia tidak akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada pekan depan.

“Saya kira The Fed tidak akan kembali menaikkan suku bunga, karena mereka tidak mau agresif dan pelaku pasar juga berekspektasi demikikan,” ujarnya.

Dia memprediksi IHSG pekan depan dapat berpeluang mengalami peguatan ke level 6.200 – 6.250. Namun jika akhirnya BI dan The Fed kembali menaikkan suku bunga ke 25 bps dia memprediksi IHSG akan terkoreksi ke level 6.000 – 6.050.

Rovandi bilang, efek window dressing untuk pekan depan lebih mempengaruhi IHSG daripada suku bunga.

Maka dari itu dia merekomendasikan buy saham-saham yang ada di LQ 45, karena saham-saham LQ 45 biasanya terkena dampak window dressing.

Sementara, jika akhirnya suku bunga kembali naik Rovandi menyarankan hindari sektor perbankan. “Jika suku bunga sudah terlalu tinggi sudah pasti jelas lebih tinggi, maka hindari sektor perbankan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×