kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebaran Covid-19 belum reda, penawaran lelang SUN akhir Juni 2020 lesu


Selasa, 30 Juni 2020 / 19:48 WIB
Sebaran Covid-19 belum reda, penawaran lelang SUN akhir Juni 2020 lesu


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Lesunya penawaran masuk pada Lelang Surat Utang Negara  (SUN) Selasa (30/6) ditengarai karena meningkatnya risiko pandemi Covid-19.

Asal tahu saja, lelang SUN kali ini mencatatkan penurunan penawaran 15,07% menjadi Rp 72,03 triliun dari lelang sebelumnya.

Sementara itu, pemerintah berhasil menyerap lelang sebanyak Rp 20,5 triliun atau sedikit di atas target indikatif. Dimana target indikatif pemerintah adalah Rp 20 triliun dan maksimal Rp 40 triliun.

Baca Juga: Lelang SUN akhir Juni turun 15%

Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan, turunnya angka penawaran dikarenakan beberapa sentimen, salah satunya risiko pandemi yang belum sepenuhnya turun.

Selain itu, outlook ekonomi Indonesia maupun global dikhawatirkan lebih buruk dari perkiraan awal. "Alhasil, investor asing pun cenderung masih wait and see," jelas Fikri kepada Kontan, Selasa (30/6).

Meskipun begitu, situasi ketidakpastian saat ini direspon cukup baik oleh pemerintah lewat kebijakan moneter yang longgar dan kebijakan fiskal secara ekspansif. Untuk itu, Fikri memperkirakan bahwa kondisi ekonomi domestik masih akan stabil dan belum akan mengalami penambahan ataun penurunan drastis.

Baca Juga: Penawaran lelang SUN pada pekan depan diprediksi tetap tinggi

Sementara itu, terkait serapan pemerintah yang hanya Rp 20,5 triliun atau sedikit di atas target indikatif, dinilai sah-sah saja oleh Fikri.

Apalagi, melihat hasil lelang hari ini hampir semua seri mencatatkan jumlah nominal yang dimenangkan masuk dalam kategori kompetitif, dibandingkan non kompetitif. 

"Ke depan, yield kemungkinan akan terus turun. Bukan hanya karena faktor dalam negeri, tapi juga didukung hampir semua kebijakan negara dunia yang tergolong longgar dan ekspansif, dan harusnya Indonesia ikut dalam tren tersebut," ujarnya.

Baca Juga: Kemenkeu siap mengakomodasi penjualan SBSN untuk investasi sosial

Prediksinya, yield untuk tenor 5 tahun berada di kisaran 6%, sedangkan untuk SUN tenor 10 tahun berada di kisaran 6,9%. Namun Fikri berharap, tren yield ke depan bisa lebih rendah dari prediksinya tersebut.

Ditambah lagi, jika membandingkan dengan negara-negara lain, Fikri menilai fundamental Indonesia tergolong masih sangat baik, terlebih jika dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Adapun sentimen yang bakal menjadi pertimbangan investor, khususnya asing ke depan adalah stabilitias nilai tukar rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×