kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

SCMA ingin pertahankan audience share di atas 27%


Kamis, 18 Mei 2017 / 15:17 WIB
SCMA ingin pertahankan audience share di atas 27%


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Perusahaan media, PT Surya Citra Media Tbk ingin mempertahankan besaran audience share sebesar 27,5% pada tahun ini. Sebelumnya, pada tahun 2016, audience share SCMA sempat berada di level 25,3%. Sedangkan pada 2015, berada di level 29,1%.

Sampai dengan Januari-April 2017, audience share SCMA mencapai 27,5%, dan berharap bisa bertahan tahun ini. Persaingan yang ketat pada bisnis televisi tersebut, membuat SCMA berada di level kedua setelah MNC Group dengan audience share sebesar 36,9%.

Tahun ini, pihaknya akan lebih mengkhususkan karakteristik program siaran pada masing-masing televisi.

"Kami akan lakukan pemenahan dari sisi prime time," terang Sutanto Hartono, Direktur Utama SCMA usai RUPST di Jakarta, Kamis (18/5).

Selama ini, stasiun televisi dibawah SCMA yakni SCTV dan Indosiar. Saat ini, channel SCTV akan dikhususkan pada sinetron, sedangkan Indosiar pada ajang pencarian bakat maupun variety show. "Kami optimistis pada 2017, prime time-nya cukup solid," tambahnya.

Dari sisi animo, Sutanto bilang tahun ini cukup bagus. Pihaknya juga ingin mengembangkan varian-varian tontonan lainnya. Pihaknya menyadari, persaingan yang sangat kompetitif, SCMA berharap ada stabilitas jumlah penonton. Meski demikian, dia menilai industri masih positif. Hal itu ditandai oleh iklan yang masuk lewat tv masih cukup banyak.

"Cakupan free to air (FTA) ini kan sudah mencakup nasional. Jadi secara efektivitas mereka melakukan kampanye iklan belum tertandingi oleh media lainnya," katanya.

Saat ini, paling banyak yang memasang jasa iklan di media televisi rata-rata dari industri consumers good. Namun, bukan hanya itu, melihat perkembangan e-commerce yang juga tinggi, ke depan dia juga membidik pangsa pasar baru yang lebih luas.

"Kami melihat industri e-commerce berkembang, ini jadi salah satu pasar potensial," ungkapnya.

Selain itu, Sutanto bilang jumlah konsumsi jam maupun rating selama 5 tahun terakhir cukup stabil. Hal ini berbeda dengan 10 tahun lalu, di mana ada tren penurunan. Untuk itu, SCMA cukup percaya diri tahun ini. "Bahwa masyarakat Indonesia masih gemar nonton tv. Mereka juga lakukan multi activities, ini jadi tren baru. Tapi habit nonton tv masih ada," katanya.

Dalam keterbukaan informasi, emiten ini juga memperkirakan ada potensi pertumbuhan pendapatan pada tahun ini. Yakni pengeluaran belanja iklan televisi FTA yang diprediksi bisa naik 7,4% oleh SCMA. Namun, target tersebut bergantung pada pertumbuhan pasar, pangsa pasar Indosiar dan SCTV, kesuksesan strategi programming masing-masing TV, kompetisi di pasar dan kesuksesan strategi programming dari pesaing.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×