Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Schroders Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2020 ini bakal ditutup di kisaran 5.200 atau turun sekitar 17,45% bila dihitung dari penutupan akhir Desember 2019 di level 6.299,53.
Direktur Investasi Schroders Indonesia Irwanti menjelaskan proyeksi tersebut dilandasi oleh earning per share (EPS) yang diprediksi bakal turun sekitar 20%. "Di sisi lain ada pembagian dividend yield dan kebijakan yang suportif dari pemerintah," jelasnya, Rabu (17/6).
Baca Juga: Pergerakan IHSG Kamis (18/6) dibayangi hasil RDG BI, begini rekomendasi analis
Hal ini sejalan dengan kebijakan pembatasan wilayah yang dilakukan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini menyebabkan banyak bisnis terhenti dan banyak penduduk kehilangan pekerjaan sehingga ekonomi global terkontraksi.
Schroders memprediksi pertumbuhan ekonomi global bakal terkontraksi hingga 5,4%, yang merupakan kondisi terburuk mengingat pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi hanya terkontraksi 0,5%.
Sementara itu, pemerintah memprediksi ekonomi dalam negeri akan terkontraksi -0,4% dalam skenario sangat berat hingga tumbuh 2,3% untuk skenario berat. Sedangkan lembaga keuangan memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 0,5% sampai 2,5%.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Naik Tipis, Saham BMRI Dibuang Asing, INDF Jadi Incaran
Irwanti juga menambahkan data dari Nielsen bahwa dengan berlakunya new normal, ekonomi hanya akan pulih sekitar 84%. Sementara sisanya akan menunggu hingga vaksin ditemukan.
"Pasar akan memperhatikan informasi soal pembukaan ekonomi dan vaksin," jelasnya.
Dus pasar mesti tetap waspada mengingat pergerakan IHSG sejak awal tahun hingga saat ini masih cukup lambat dibandingkan peers, new normal hanya memberikan dampak sementara dan pemulihan ekonomi pasca covid-19 masih sangat bergantung pada meredanya wabah tersebut.
Baca Juga: Akhir tahun, Batavia Prosperindo Aset Manajemen prediksi IHSG ada di 5.000-5.350
Dia menyarankan investor untuk cenderung defensif alias berinvestasi jangka panjang. Adapun sektor yang menurutnya tidak terlalu berdampak pada Covid-19 adalah konsumsi pokok, kesehatan dan telekomunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News