Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kenaikan BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 7% di pekan lalu berhasil memicu kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan. Kebijakan itu juga sedikit mengangkat rupiah yang tengah tertekan terhadap dollar AS.
Ini membuktikan bahwa investor melihat ada aksi dari pemerintah dan BI untuk mencoba menyelesaikan masalah ekonomi di dalam negeri. Meskipun, kenaikan IHSG juga sedikit banyak terpengaruh dari bursa regional yang cukup positif.
Namun, saya melihat, penguatan IHSG dan rupiah tersebut masih belum stabil alias hanya sementara. Sebab, para pelaku pasar masih memiliki kekhawatiran terhadap tingkat inflasi bulan Agustus 2013.
Jika angka inflasi tinggi, ada kecenderungan pasar mengharapkan BI rate untuk kembali naik. Ketidakpastian itu membuat investor lebih memilih untuk wait and see dan berhati-hati dalam melangkah sampai kondisi sedikit lebih jelas.
Tidak hanya masalah inflasi, empat paket kebijakan yang diumumkan pemerintah beberapa waktu lalu juga masih menimbulkan tanda tanya di tengah para pelaku pasar. Banyak investor yang berspekulasi terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Sebelum ada keputusan lebih detail berupa kebijakan menteri, saya kira hal itu cuma akan menjadi wacana di pasar.
Langkah pembelian saham kembali (buyback) saham emiten-emiten BUMN juga hanya menguatkan harga saham emiten berkapitalisasi besar saja. Misalnya, saham seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terlihat telah keluar dari tingkat terendahnya. Namun, untuk dapat mempengaruhi IHSG, ini sangat tergantung pada volume saham yang di buyback.
Menurut saya, masih banyak langkah-langkah mengatasi permasalahan ekonomi di dalam negeri yang telah diumumkan pemerintah, beberapa waktu lalu, yang masih perlu pembuktian dan kejelasan. Sehingga, investor pun akhirnya tahu harus bereaksi seperti apa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News