Reporter: Agung Jatmiko, Harry Muthahhari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Operator menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengumumkan rampungnya proses akuisisi PT Komet Infra Nusantara (KIN).
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (4/6), proses akuisisi ini diselesaikan pada tanggal 30 Mei dalam transaksi tunai.
“Kami senang bahwa pembelian 100% saham KIN telah selesai dilaksanakan dan kami menantikan kelancaran transisi dengan memulai kombinasi dan rasionalisasi operasi,” kata Aming Santoso, Direktur Utama TOWR.
KIN nantinya akan beroperasi di bawah anak usaha TOWR, yakni Protelindo. Dalam keterangan resmi perusahaan, TOWR sendiri memang berencana menggabungkan beberapa fungsi operasi dan dukungan KIN dengan Protelindo selama tahun ini untuk mewujudkan sinergi operasional antara Protelindo, IForte dan KIN.
Total dana yang dikeluarkan TOWR untuk proses akuisisi ini mencapai Rp 1,4 triliun yang semuanya diambil dari kas internal yang dihasilkan dari operasi. Sebagai bagian dari Protelindo, KIN akan segera mendapat manfaat dari biaya utang yang lebih rendah karena peringkat peringkat investasi Protelindo.
Setelah akuisisi KIN, kemudian pembagian dividen 2017 serta penetapan capital expenditure organik 2018 yang lebih tinggi, TOWR berharap mampu mempertahankan leverage yang sehat kurang dari 2,0x, sedikit peningkatan dari 1,5x sebelumnya.
"Neraca keuangan SMN yang kuat memungkinkan Perusahaan untuk berpartisipasi dalam akuisisi dan untuk mempertahankan pembayaran dividen," ujar Direktur TOWR Adam Gifari.
Melalui aksi akuisisi ini TOWR mendapat tambahan tower sebanyak 1.400 yang tersebar di Sumatera Utara, Riau, Batam, sebagian besar wilayah Jawa dan Bali. Pendapatan KIN tahun ini paska akuisisi diperkirakan mencapai Rp 325 miliar dengan sekitar 70% pendapatan berasal dari Telkomsel, XL Axiata dan Indosat.
Lebih dari 50% menara KIN terletak di luar Jawa dengan kekuatan khusus di Sumatera. Selain itu, KIN juga mengoperasikan jaringan kabel serat optik terutama di Surabaya, Batam dan Medan.
Setelah akuisisi ini rampung, TOWR benar-benar menancapkan posisinya sebagai penyedia jasa tower telekomunikasi terbesar di Indonesia. Secara total, jika ditambah dengan aset KIN, TOWR memiliki lebih dari 16.400 menara, lebih dari 27.000 tenancies dan lebih dari 5.300 km kabel serat optik.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengungkapkan, aksi akuisisi ini bisa memberikan prospek yang positif untuk mendukung kinerja fundamental TOWR ke depannya.
Kehadiran sejumlah event besar tahun 2018 dan 2019 seperti Asian Games, Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Umum Presiden (Pemilu) 2019 dikatakan Nafan memang menjadi ladang yang bagus untuk dituai oleh perusahaan telekomunikasi dan tentunya penyedia infrastruktur telekomunikasi, seperti TOWR.
Namun, Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe kurang sepakat dengan Nafan. Menurutnya, keberadaan event-event yang akan hadir tahun ini dan tahun 2019 mendatang hanyalah bonus bagi perusahaan seperti TOWR. Aksi akuisisi ini ia lihat sebagai upaya TOWR untuk terus berekspansi dan menancapkan pengaruhnya dalam peta infrastruktur telekomunikasi Indonesia.
Ekspansi di infrastruktur telekomunikasi menurut Kiswoyo termasuk mahal, jika perusahaan memutuskan membangun tower sendiri. Nah, kali ini momen sedang pas, lantaran KIN yang tadinya berada dalam naungan PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) memang ingin dilepas sang induk.
Ketimbang membangun dari awal, TOWR mendapatkan kesempatan mengakuisisi perusahaan dengan jumlah menara yang banyak dengan pelanggan yang sudah ada pula.
"META sendiri kan sedang fokus pada bisnis jalan tol, sehingga bisnis menara telekomunikasi mereka lepas. Ini berkah buat TOWR yang memang ingin terus berekspansi," kata Kiswoyo.
Dari segi pengaruhnya KIN bagi kinerja TOWR mendatang, baik Kiswoyo maupun Nafan sepakat bahwa keberadaan KIN bakal berdampak positif. Menurut Nafan, demand akan telekomunikasi di masa mendatang akan terus meningkat dan dengan adanya menara yang tersebar di banyak daerah maka akan mampu mengakomodir kepentingan konsumen sebagai pengguna jasa telekomunikasi, maupun operator selular yang hendak berekspansi.
"Jika demand meningkat secara berkesinambungan maka profit gain yang didapatkan perusahaan akan semakin besar," kata Nafan.
Dari segi sahamnya, harga saham TOWR per Senin (4/6) sudah meningkat 3,85% menjadi Rp 2.700 per saham. Menurut Nafan, naiknya harga saham TOWR ini bisa dibilang berkorelasi dengan rampungnya akuisisi terhadap KIN.
Sementara, Kiswoyo melihat saham TOWR ini sangat menarik untuk dilirik investor. Ia pun merekomendasikan buy untuk saham TOWR dengan target harga Rp 3.500 per saham.
Namun, ia memberikan catatan bahwa investor sebaiknya membeli dan menahannya untuk jangka panjang. Sebab, bisnis infrastruktur telekomunikasi ini ia katakan merupakan investasi jangka panjang, dengan rentang tiga hingga lima tahun.
Jika untuk trading jangka pendek, saham TOWR ia katakan tidak terlalu menarik sebab kurang likuid. Tapi, jika investor hold dalam jangka panjang, maka akan memberikan dampak positif bagi investor itu sendiri.
Sebab, secara fundamental TOWR termasuk bagus dengan manajemen yang bagus pula. Selain itu, TOWR juga cukup rajin membagikan dividen, sehingga jika kinerja TOWR terus meningkat seiring dengan semakin gencarnya perusahaan ini berekspansi, maka keuntungan yang didapat investor melalui dividen pun akan besar juga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News