Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) masih terus fokus melakukan penanaman ulang alias replanting sawit di tahun ini.
Head of Investor Relation SGRO, Stefanus Darmagiri mengatakan, kegiatan replanting telah dilakukan SGRO sejak tahun-tahun sebelumnya.
Pada semester I 2024 telah melakukan kegiatan replanting sebesar 4.772 hektare (ha) untuk kebun inti dan plasma.
Kegiatan replanting didukung oleh penggunaan varietas benih unggul kelapa sawit dengan merek “DxP Sriwijaya”.
Dengan menggunakan varietas tersebut, SGRO berharap produksi dari kebun plasma perseroan akan lebih baik ke depannya.
“Adapun kami menargetkan replanting pada kebun inti plasma sebesar minimum 10.000 ha pada 2024,” ujar Stefanus kepada Kontan, Jumat (27/9).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Sampoerna Agro (SGRO) yang Masih Terdampak El Nino
Stefanus menuturkan, SGRO menyerap anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 235 miliar. Sebesar 55% realisasi dari capex digunakan untuk fixed asset, dan sisanya untuk kegiatan plantation.
Pada tahun 2024 ini, SGRO menganggarkan capex sebesar Rp 400 – Rp 700 miliar.
“Sehingga, per semester I ini kami sudah menggunakan sekitar 34 – 59% terhadap rencana anggaran capex 2024,” tuturnya.
SGRO memproyeksikan produksi tandan buah segar (TBS) di tahun 2024 turun hingga 8% dari produksi tahun lalu. Hal tersebut membuat kinerja perseroan cukup berat di sisa tahun 2024.
Sebab, badai El-Nino yang terjadi pada semester II 2023 masih berdampak terhadap produksi TBS Perseroan pada bulan Juli dan Agustus 2024, khususnya untuk area Sumatera.
“Dampak El-Nino yang terjadi di Sumatera lebih parah jika dibandingkan dengan area Kalimantan,” kata Stefanus.
Oleh sebab itu, SGRO memperkirakan, produksi TBS dari kebun inti diperkirakan akan lebih rendah 5% – 8% pada tahun 2024 jika dibandingkan dengan tahun 2023.
“Kami berharap produksi TBS SGRO pada semester II 2024 akan lebih baik jika dibandingkan dengan semester I, mengingat puncak panen produksi TBS terjadi pada akhir kuartal III dan awal kuartal IV,” kata Stefanus.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, kinerja SGRO di semester I 2024 masih tercatat mengalami penurunan. Laba SGRO pada semester I turun 24% yoy dan pendapatannya turun 10,95% yoy.
Menurut Reza, penurunan yang terjadi disebabkan imbas dari masih cenderung turunnya harga CPO global yang menjadi patokan harga rata-rata (ASP) CPO SGRO.
“Meskipun pendapatan dari TBS dan Lainnya seperti karet, tepung sagu dan lainnya mengalami peningkatan, namun tidak banyak berimbas karena kontribusinya di bawah penjualan CPO,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (29/9).
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Serap Capex Rp 235 Miliar di Semester I 2024, Ini Penggunaannya
Penetapan ASP CPO SGRO akan bergantung dari sisi perubahan harga jual kontrak CPO yang mengikuti acuan harga global. Kondisi itu juga dipengaruhi oleh banyak sedikitnya permintaan akan CPO SGRO di kuartal selanjutnya.
“Terkait dengan replanting, seharusnya tidak menjadi masalah yang dapat menghambat kinerja SGRO, karena bisa saja perseroan melakukan penjualan atas inventory CPO yang diproduksi eksisting,” tuturnya.
Reza pun merekomendasikan beli untuk saham SGRO dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham SGRO ada di level support Rp 1.965 per saham dan resistance Rp 2.100 per saham. William pun merekomendasikan beli saham SGRO dengan target harga Rp 2.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News