Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Hingga Agustus 2015, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) berhasil mengantongi kontrak baru sebesar 16,1 triliun. Dengan begitu, emiten konstruksi pelat merah ini telah merealisasikan 59,6% target yang dipatok perseroan tahun ini yakni Rp 27 triliun.
Pencapaian PTPP ini tumbuh 47% jika dibanding dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 10,95 triliun. Dengan tambahan kontrak carry over tahun lalu sebesar Rp 29 triliun maka total order book yang dikerjakan perseroan hingga bulan Juli mencapai 45,1 triliun.
Agus S Kana, Sekretaris Perusahaan PTPP mengatakan sebagian besar kontrak baru tersebut didapat dari proyek-proyek swasta. "Porsi swasta 43%," ungkap Agus pada KONTAN, Rabu (16/9).
Proyek pemerintah hanya menyumbang porsi 20% dan 37% sisanya berasal dari BUMN dan kontribusi kontrak dari anak usaha. Adapun kontrak baru dari anak usaha perseroan menyumbang sekitar Rp 2,25 triliun dengan rincian PP Property senilai Rp 1,13 triliun, PP Precast Rp 1 triliun, dan PP Equipment Rp 126 miliar.
PTPP akan terus mengejar target kontrak barunya tahun ini. Perseroan optimis target tersebut dapat dicapai dengan membidik proyek-proyek power plant, pelabuhan dan jalan tol.
Proyek infrastruktur yang berhasil diperoleh PTPP di antaranya jalan Tol Solo Ketosono Rp 417 miliar, PLTG Gorontalo 120 Mega watt senilai Rp 1,6 triliun yang diperoleh dari PT PLN, Pelabuhan Kuala Tanjung Rp 898 miliar, Jalan tol Bawen- Solo Rp 339 miliar, jalan Sibolga-Batas Tapsel Rp 236 miliar dan Ahmad Yani Airport Semarang Rp 142 miliar.
Proyek lain yang diperoleh di antaranya Reklamasi Mandala City Makassar Rp 2,5 triliun, Automall Makassar Rp 358 miliar, landmark residence- Architecture Package Rp 120 miliar, Holtekam Bridge Rp 351 miliar, Spring Wood BSD Tangerang Rp 298 miliar, The apartement Galaxy Park Rp 273 miliar, K2 Park Rp 211 miliar, Pama Power Plant (civil work) Rp 104 miliar, proyek rumah sakit umum Sumatera selatan pase 3 Rp 131 miliar, dan Main Stadion Bekasi Rp 129 miliar.
Lalu, Bintaro Icon Rp 105 miliar, Grand Jadi Junction Medan Rp 22 miliar, Gedung St Moritz Makassar Rp 524 miliar, AP one Otium Residence Rp 185 miliar, PLTU Astra 2 x 15 MW Rp 174 miliar, Kalibaru Rp 497 miliar, Mahattan Greenland 352 miliar, Apartemen Gunawangsa Tidar Rp 328 milia, CBD Karawaci PT Satu Stop Sukses Rp 312 miliar.
Gardenia apartment Rp 156 miliar, Indarung VI -CC7 Semen Padang Rp 145 miliar, Kontrak Freeport Lowland Rp 129 miliar, Condotel Promenade Padang Rp 110 miliar, One otium Residence Antasari Jakarta Rp 288 miliar, Cassia Condotel Bintan Rp 244 miliar, dan Jasa Marga Building Rp 112 miliar.
Dorong bisnis properti
PTPP terus mendorong perkembangan bisnis anak usahnya PT PP Properti Tbk (PPRO). Hingga saat ini, perseroan telah menyerap capex sebesar Rp 899 miliar atau separuh dari target Rp 1,8 triliun. Sebagian besar serapan tersebut dialokasikan untuk PPRO dalam rangka akuisisi lahan.
Hingga saat ini, total land bank perseroan sudah mencapai 58 hektare (ha). Perseroan baru-baru ini telah berhasil mengakuisisi 3,4 ha di kawasan Grand Kamala Lagoon (GKL) Bekasi dan 1.300 meter persegi (m2) di Grand Darmahusada Lagoon (GDL) Surabaya.
Kuartal IV mendatang, PPRO berencana menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) sekitar 200 miliar -Rp 300 miliar. Taufik Hidayat, Direktur Utama PPRO mengatakan dan tersebut akan digunakan untuk memperkuat cadangan lahan dan merilis proyek baru.
PPRO kembali mencari dana lantaran dana IPO yang diperoleh pada Mei lalu sebesar Rp 908,7 miliar sudah memiliki peruntukannya untuk ekspansi jangka panjang. Perseroan memilih menerbitkan MTN lantaran lebih memungkinkan di tengah kondisi pasar saat ini dibanding dengan instrumen lain seperti obligasi dan pinjaman perbankan.
Sepanjang delapan bulan pertama, PPRO telah mencetak marketing sales sebesar sekitar Rp 1,2 triliun -Rp 1,3 triliun atau baru separuh dari target yang dipatok tahun ini sebesar Rp 2,5 triliun.
Kendati demikian, manajemen PPRO optimis target dapat tercapai. Taufik mengatakan, meski pasar properti saat ini dilanda lesu namun proyek-proyek perseroan untuk segmen menengah bawah masih akan tumbuh. "Mungkin yang akan melambat segemen mid-up aja," ujar Taufik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News